Friday, December 23, 2016

Nikmat Si Tukangl Jamu

Nikmat Si Tukangl Jamu
Aqu sangat betah di kontrakanku yg aqu tinggali sekarang walaupun harganya naik terus pertahunnya tapi aqu perpanjang dgn alasan karena memang tempatnya strategis dalam gang cuma ada rumah yg aqu tinggali, rumah temboknya tinggi jadi tidak ada orang yg bisa melihat kegiatanku didalam rumah jadi merasa bebas.
Sesudah Mia meninggalkan diriku . aqu jadi jomblo. Mau pacaran aqu malas dgn basa-basi dan berbagai tuntutan. Untuk melampiaskan libido ku, siapa saja yg kusenangi sering kubawa ke kamar yg istimewa ini. Karena alamatnya rumit banyak lika-likunya, tidak satu pun temen perempuan ku yg berhasil mencari alamat ku.
Suatu hari saat aqu baru membeli rokok di warung aqu berpapasan dgn penjual jamu yg cukup mengagetkan. Wajahnya manis dan bodynya bahenol betul.
“Gag salah ini orang jadi tukang jamu,” kata ku membatin.
“Mbak jamu” tegurku. Dia menoleh.
“Mau minum jamu mas ?” tanyanya.
“Iya tapi jangan di sini, ke rumah” ajakku dan dia ikut dibelakang ku.
Sesampai di rumah , si mbak melihat sekeliling.
“Wah enak juga tempatnya mas ya,” ujarnya.
“Mbak jamu apa yg bagus”
“Lha mas maunya untuk apa, apa yg mau untuk pegel linu, masuk angin atau jamu kuat”
“Kuat apa” tanya ku.
“Ya kuat segalanya” katanya sambil melirik.
“Genit juga si mbak” kata ku dalam hati.
“Aqu minta jamu kuat lah mbak, biar kalau malam kuat melek bikin skripsi.”
Tapi terus terang aqu kurang mempunyai keberanian untuk menggoda dan mengarahkan pembicaraan ke yg dewasa-dewasa. Sejak saat itu mbak jamu jadi sering menghampiriku.
“Mas kemarin kemana aku kesini kok rumahnya dikunci. Aku ketok sampai pegel gag ada yg buka.”
“Oh ya kemarin ada kuliah sore jadi aku dari pagi sampai malam di kampus” kataqu.
“Mas ini mas jamu kunyit asam, bagus untuk anak muda, biar kulitnya cerah dan jauh dari penyakit.”
“Mbak suaminya mana ?” tanya ku iseng.
“Udah gag punya suami mas, kalau ada ngapain jualan jamu berat-berat.”
“Anak punya mbak ?”
“Belom ada mas, orang suami aku dulu udah tua, mungkin bibitnya udah abis.”
Kita semakin akrab sehingga hampir setiap hari aqu jadi langganannya. Kadang-kadang lagi gag punya duit, dia tetap membuatkan jamu untuk ku. Dia pun sudah tidak canggung lagi masuk ke rumah ku. Bahkan dia sering numpang ke WC.
Mbak Winda, begitulah dia mengaqu namanya sesudah beberapa kali mengantar jamu . Dia kini memasuki usia 27 tahun, asalnya dari daerah Wonogiri. Mbak Winda menganggap rumah ku sebagai tempat persinggahan tetapnya. Dia selalu protes keras jika aqu tidak ada di rumah.
Semula Mbak Winda mengunjungi ku pada sekitar pukul 13. Tapi kini dia datang selalu sekitar pukul 5 sore. Kalau dia datang ke rumah ku jamunya juga sudah hampir habis. Paling paling sisa segelas untuk ku.
Rupanya Mbak Winda menjadikan rumah ku sebagai terminal terakhir. Ia pun kini makin berani. Dia tidak cuma menggunakan kamar mandiku untuk buang air kecil, tetapi kini malah sering mandi. Sampai sejauh ini aqu menganggapnya sebagai kakakku saja.
Karena dia pun menganggapku sebagai adiknya. Sering kali dia membawa dua bungkus mi instan lalu direbus di rumah ku dan kita sama-sama menikmatinya.
Sebetulnya pikiran kotorku sudah menggebu-gebu untuk menikmati tubuh mbak Winda ini. Namun keberanian ku untuk memulainya belom kutemukan. Mungkin juga karena aqu tidak berani kurang ajar jadi Mbak Winda makin percaya pada diri ku. Padahal wooo ngaceng.
Aqu cuma berani mengintip jika Mbak Winda mandi. Lubang yg sudah kusiapkan membuatku makin ngaceng saja kalau menikmati intaian. Tapi bagaimana nih cara mulainya.
“Mas boleh gag aku nginep di sini ?” tanya Mbak Winda suatu hari.
“Aku mau pulang jauh dan sekarang sudah kesorean, lagi pula besok aku gag jualan, capek., ” katanya beralasan tanpa aku tanya.
“Lha Mbak, tempat tidurnya cuma satu”
“Gag pa-pa, aku tidur di tiker aja. Mas yg tidur di kasur.”
“Bener nih,” kata ku, dgn perasaan setengah gembira.
Karena kupikir inilah kesempatan untuk menyergapnya.
“Iya gag apa-apa koq” katanya.
Tanpa ada rasa canggung dia pun masuk kamar mandi dan mandi sepuasnya. Aqu pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali mengintainya. Badannya mulus walaupun kulitnya tidak putih, tetapi bentuk tubuhnya sangat sempurna sebagai seorang wanita.
Sayg dia miskin, kalau kaya mungkin bisa jadi bintang film, pikir ku. Teteknya cukup besar, mungkin ukuran 36, pentilnya kecil dan bulu jembutnya tebal sekali. Mungkin ada hubungannya dgn kumis tipis yg ada di atas bibirnya itu.
Selesai mandi, kini giliranku masuk kamar mandi dan membersihkan diri. Aqu gag tahan , sehingga kesempatan mandi juga kugunakan untuk ngloco.
“Mas mandinya koq lama sekali sih, ngapain aja” tanyanya mengagetkan.
“Ah biasa lah keramas sekalian biar seger” kata ku.
“Itu aku buatkan kopi, jadi keburu dingin deh, abis mandinya lama banget.”
Malam itu kita ngobrol ke sana-kemari dan aqu berusaha mengorek informasi sebanyak mungkin mengenai dirinya.
“Mas suka di pijet gag” katanya tiba-tiba.
“Wah gag, gag nolak” kata ku bercanda.
“Sini aku pijetin mas.”
Tanpa menunggu terlalu lama aqu segera menuju ke kamar dikuti mbak Winda dan semua baju dan celana ku ku buka tinggal celana dalam. Kumatikan lampu sehingga suasana kamar jadi agak remang-remang.
Gag nygka sama sekali, ternyata mbak Winda pinter sekali memijat. Dia menggunakan cairan body lotion yg dibawanya untuk melancarkan mengurut. Aqu benar-benar pasrah. Meski ngaceng berat, tetapi aqu gag berani kurang ajar.
Cilakanya Mbak Winda ini tidak canggung sedikit pun merambah seluruh tubuhku sampai mendekati si otong. Beberapa kali malah ke senggol sedikit, membuat jadi tambah tegang aja.
“Mas celananya dibuka saja ya biar gag kena cream.”
“Terserahlah mbak” kata ku pasrah.
Dgn cekatan dia memelorotkan celana dalam. Sehingga aqu kini jadi telanjang bulat.
“Apa mbak gag malu melihat aku telanjang” tanya ku.
“Ah gag apa-apa, aku dulu sering memijat suami aku.”
“Dia yg ngajari aku mijet.”
Tegangan ku makin tinggi karena tangan nya tanpa ragu-ragu menyenggol kemaluan ku. Dia lama sekali memijat bagian dalam paha ku, tempat yg paling sensitive dan paling merangsang. Mungkin kalau ada kabel di hubungkan diriku dgn lampu, sekarang lampunya bakal menyala, orang teganganku sudah mulai memuncak.
Aqu tidur telungkup sambil berfikir, gimana caranya memulai. Akhirnya aqu berketetapan tidak mengambil inisiatif. Aqu akan mengikuti kemana kemauan Mbak Winda. Kalau terjadi ya terjadilah, kalau gag yaa lain kali mungkin. Tapi aqu ingin menikmati dominasi perempuan atas laki-laki.
Sesudah sekitar satu jam aqu tidur telungkup, Mbak Winda memerintahkan aqu telentang. Tanpa ragu dan tanpa rasa malu dan bersalah aqu segera menelentangkan badan ku. Otomatis si otong yg dari tadi berontak, kini bebas tegak berdiri.
Celakanya si otong tidak menjadi perhatian Mbak Winda dia tenang saja memijat dan sedikitpun tidak berkomentar mengenai otong ku. Kaki kiri, kaki kanan, paha kiri, paha kanan, kepala tangan kiri, tangan kanan, lalu perut. Bukan cuma perut tetapi si Otong pun jadi bagian yg dia pijat. Aqu melenguh.
“Aduh mbak”
“Kenapa mas” katanya agak manja.
“Aqu gag tahan, ngaceng banget”
“Ah gag apa-apa tandanya mas normal”
“Udah tengkurep lagi mas istirahat sebentar aku mau ke kamar mandi sebentar.”
Lama sekali dia di kamar mandi, sampai aqu akhirnya tertidur dalam keadaan telungkup dan telanjang. Tiba-tiba aqu merasa ada yg menindihku dan kembali kurasakan pijatan di bahu.
Dalam keadaan setengah sadar kurasakan ada seusatu yg agak berbeda. Kenapa punggungku yg didudukinya terasa agak geli
Kucermati lama-lama aqu sadar yg mengkibatkan rasa geli itu ada bulu-bulu apa mungkin Mbak Winda sekarang telanjang memijatiku. Ternyata memang benar begitu. Tetapi aqu diam saja tidak berkomentar.
Kunikmati usapan bulu jembut yg lebat itu di punggungku. Kini aqu sadar penuh , dan otong yg dari tadi bangun meski aqu sempat tertidur makin tegang. Wah kejadian deh sekarang, pikirku dalam hati.
“Balik mas katanya” sesudah dia turun dari badan ku
Aqu berbalik dan ruangan jadi gelap sekali. Ternyata semua lampu dimatikannya. Aqu tidak bisa melihat Mbak Winda ada dimana. Dia kembali memijat kakiku lalu duduk di atas kedua pahaqu. Ia terus naik memijat bagian dadaqu dan seiring dgn itu, jembutnya berkali-kali menyapu si otong. Kadang-kadang si otong ditindihnya sampai lama dan dia melaqukan gerakan maju mundur.
Beberapa saat kemudian aqu merasa mbak Winda mengambil posisi jongkok dan tangannya memegang batang si otong. Pelan-pelan di tuntun kepala si otong memasuki lubang kemaluannya. Aqu pasrah saja dan sangat menikmati dominasi perempuan. Lubangnya hangat sekali dan pelan-pelan seluruh tubuh si otong masuk ke dalam lubang kemaluan mbak waty.
Mbak Winda lalu merebahkan dirinya memeluk diriku dan pantatnya naik turun, sehingga si otong keluar masuk . Kadang-kadang saking hotnya si otong sering lepas, lalu dituntunnya lagi masuk ke lubang yg diinginkan. Karena aqu tadi sudah ngloco dan posisiku di bawah, aqu bisa menahan agar mani ku tidak cepat muncrat. Gerakan mbak Winda makin liar dan nafasnya semakin memburu.
Tiba-tiba dia menjerit tertahan dan menekan sekuat-kuatnya kemalauannya ke si otong. Dia berhenti bergerak dan kurasakan lubang kemaluannya berdenyut-denyut. Mbak Winda mencapai puncak kenikmatannya yg pertama.
Dia beristirahat dgn merebahkan seluruh tubuhnya ke tubuhku. Jantungnya terasa berdetak cepat. Aqu mengambil alih dan membalikkan posisi tanpa melepas si otong dari lubang kemaluan mbak Winda. Ku atur posisi yg lega dan mencari posisi yg paling enak dirasakan oleh kemaluan mbak Winda.
Aqu pernah membaca soal G-spot. Titik itulah yg kucari dgn memperhatikan reaksi mbak Winda. Akhirnya kutemukan titik itu dan serangan terus ku kosentasikan kepada titik itu sambil memaju dan memundurkan si otong.
Mbak Winda mulai melenguh-lenguh dan tak berapa lama dia berteriak, dia mencapai klimaks tertinggi sementara itu aqu juga sampai pada titik tertinggi ku. Dalam keadaan demikian yg terpikir cuma bagaimana mencapai kepuasan yg sempurna.
Kubenamkan si otong sedalam mungkin dan bertahan pada posisi itu sekitar 5 menit. tongkolku berdenyut-denyut dan kemaluannya mbak Winda juga berdenyut lama sekali.
“Mas terima kasih ya, aku belom pernah main sampai seenak ini.”
“Aku ngantuk sekali mas.”
“Ya sudah lah tidur dulu.”
Aqu bangkit dari tempat tidur dan masuk kamar mandi membersihkan si otong dari mani yg belepotan. Aqu pun tidak lama tertidur. Paginya sekitar pukul 5 aqu bangun dan ternyata mbak Winda tidur di samping ku. Kuraba kemaluannya, lalu ku cium, tangan ku, bau sabun.
Berarti dia tadi sempat bangun dan membersihkan diri lalu tidur lagi. Dia kini tidur nyenyak dgn ngorok pelan.
Kuhidupkan lampu depan sehingga kamar menjadi agak remang-remang. Kubuka atau kukangkangkan kedua kakinya. Aqu tiarap di antara kedua pahanya dan kusibakkan jembut yg lebat itu untuk memberi ruang agar mulutku bisa mencapai kemaluannya.Cerita Sex
Lidahku mencari posisi clitoris mbak Winda. Perlahan-lahan kutemukan titik itu aqu tidak segera menyerang ujung clitoris, karena kalau mbak Winda belom terangsang dia akan merasa ngilu. Daerah sekitar clitoris aqu jilat dan lama-lama mulai mengeras dan makin menonjol.
“Mas kamu ngapain mas, jijik mas udah, mas” tangannya mendorong kepala ku, tetapi kutahu tenaganya tidak sunguh-sungguh karena dia juga mulai mengelinjang.
Tangannya kini tidak lagi mendorong kepalaqu, mulutnya berdesis-desis dan diselingin teriakan kecil manakala sesekali kusentuh ujung clitorisnya dgn lidahku.
Sesudah kurasakan clitorisnya menonjol penuh dan mengeras serangan ujung lidahku beralih ke ujung clitoris. Pinggul mbak Winda mengeliat seirama dgn gerakan lidahku. Tangannya kini bukan berusaha menjauhkan kepalaqu dari kemaluannya tetapi malah menekan, sampai aqu sulit bernafas.
Tiba-tiba dia menjepitkan kedua pahanya ke kepalaqu dan menekan sekeras-kerasnya tangannya ke kepalaqu untuk semakin membenam. Kemaluannya berdenyut-denyut. Dia mencapai klimak. Beberapa saaat kupertahankan lidah ku menekan clitorisnya tanpa menggerak-gerakkannya.
Sesudah gerakannya berhenti aqu duduk di antara kedua pahanya dan kumasukkan jari tengah ke dalam kemaluannya kucari posisi G-spot, dan sesudah teraba kuelus pelan. Dgn irama yg tetap. Mbak Winda kembali menggerakkan pinggulnya dan tidak lama kemudian dia menjerit dan menahan gerakan tanganku di dalam kemaluannya. Lubang kemaluannya berdenyut lama sekali.
“Aduh mas ternyata mas pinter sekali.”
“Aqu kira mas gag suka perempuan. Aqu sampai penasaran mancing-mancing mas, tapi kok gag nyerang-nyerang aqu.”
“Jadi aqu bikin alasan macem-macem supaya bisa berdua sama mas.”
“Aqu segen mbak, taqut dikira kurang ajar. Selain itu aqu juga ingin menikmati jika didului perempuan.”
“Ah mas nakal, menyiksa aqu. Tapi aqu suka mas orangnya sopan gag kurang ajar kayak laki-laki lain.”
“Mas tadi kok gag jijik sih jilati kemaluan ku. Aqu belom pernah lho digituin. Rasanya enak juga ya.” kata Mbak Winda.
Winda mengaqu ketika berhubungan dgn suaminya yg sudah tua dulu cuma hubungan yg biasa saja dan itu pun mbak Winda jarang sampai puas. Dia mengaqu belom pernah berhubungan badan dgn orang lain kecuali suaminya dan diriku.
“Pantes kemaluannya enak sekali, peret mbak,” kata ku.
“Wong tukang jamu koq, yo terawat toh yo.”
“Sekarang gantian mbak, barang ku mbok jilati po’o.”
“Aqu ra iso he mas”
“Nanti tak ajari.”
Mbak Winda mengambil posisi diantara kedua pahaqu dan mulai memegang si otong dan pelan-pelan memasukkan mulutnya ke ujung tongkol.
Dia berkali-kali merasa mau muntah, tetapi terus berusaha mengemut si otong Sesudah terbiasa akhirnya dikulumnya seluruh batang tongkol ku sampai hampir mencapai pangkalnya. Aqu merasa ujung si otong menyentuh ujung tenggorokkannya.
Dia memaju-mundurkan batang di dalam kulumannya . Ku instruksikan untuk juga melaqukannya sambil menghisap kuat-kuat.dia menuruti semua perintahku. Bagian zakarnya juga dijilatnya seperti yg kuminta. Dia tidak lagi mau muntah tetapi mahir sekali. Sesudah berlangsung sekitar 15 menit kini aqu perintahkan dia tidur telentang dan aqu segera menindihnya.
“Mas tongkole kok enak tenan, keras sampai kemaluan ku rasanya penuh sekali.”Cerita Sex
Kugenjor terus sambil kosentrasi mencari titik G. Tidak sampai 5 menit Mbak Winda langsung berteriak keras sekali. Dia mencapai puncak kenikmatan tertinggi. Sementara aqu masih agak jauh .
Sesudah memberi kesempatan jeda sejenak.

Mbak Winda kusuruh tidur nungging dan kita melaqukan dgn Dogy Style. Rupanya pada posisi ini titik G Mbak Winda tergerus hebat sehingga kurang dari 3 menit dia berteriak lagi dan aqu pun mencapai titik tertinggi sehingga mengabaikan teriakannya dan kugenjot terus sampai seluruh maniku hambis di dalam kemaluan mbak Winda.
Dia tertidur lemas, aqu pun demikian. Sekitar jam 8 pagi kita terbangun dan bersepakat mandi bareng. Badan Mbak Winda memang benar-benar sempurna, Teteknya besar menentang, pinggulnya besar dan pinggangnya ramping.
Sesudah malam itu mbak Winda jadi sering menginap di kamar ku. Sampai satu hari dia datang dgn muka sedih.
“Mas aqu disuruh pulang ke kampung mau dikawinkan sama Pak lurah.”
“Aqu berat sekali mas pisah sama mas, tapi aqu gag bisa nolak keinginan orang tua ku,” katanya bersedih.
Malam itu Mbak Winda nginap kembali di kamar ku dan kita main habis-habisan. Seingat aku malam itu aku sampai main 7 ronde, sehingga badan ku lemas sekali.

Ayah Rendra, Ayah Tiriku

Ayah Rendra, Ayah Tiriku


Sebut saja Rendra, laki-laki 40 tahunan yg menikahi Bundaku 1,5 tahun yg lalu. Ayah Rendra menikahi Bundaku sejak Bunda menjanda akibat Ayah kandungku meninggal karena penyakit. Setelah Ayah Rendra menikahi Bundaku, dgn sebisa mungkin Bunda mendekatkanku pada Ayah Rendra, dgn sering mengajakku jalan-jalan, sering membelikanku barang-barang yg aku suka, pokoknya semua yg aku inginkan selalu dipenuhi oleh Ayah Rendra, sampai akhirnya hatiku luluh dan aku dekat dgn Ayah Rendra.

Ayah Rendra meskipun usianya sudah 40 tahunan, tetapi Ayah masih terlihat gagah sekali. Wajahnya ganteng, badannya masih atletis karena Ayah Rendra setiap pagi selalu rutin berolah raga. Semakin lama Ayah Rendra semakin dekat dgnku, aku merasakan kasih sayg yg lebih dari Ayah Rendra.aku sering manja-manjaan dgn Ayah Rendra ketika sedang santai dirumah bersama dgn Bunda juga. Tetapi semakin lama aku merasakan ada yg berbeda dari Ayah Rendra, entah itu hanya perasaanku saja atau emang benar aku belom mengatahuinya.

ketika aku lahir aku diberi nama oleh Bundaku Amelia, umurku waktu ini 17 tahun. Tetapi postur badanku tidak seperti pada gadis seumuranku, aku mempunyai postur badan yg tinggi, badan sintal, dan yg jelas perkembangan buah dada dan bokongku cepat sekali, jadi buah dada terlihat besar 36 dan bokongku besar sampai menonjol keluar. Penampilanku jika berdandan bisa dibilang mirip perempuan yg sudah bekerja. Kalau dirumah aku juga suka menggunakan pakaian santai dgn celana pendek yg hanya menutupi kemaluanku dan tengtop srtitku sesampai buah dadaku terlihat menonjol dgn jelas.

Perubahan sifat Ayah aku rasakan ketika sedang santai berdua dgn Ayah tanpa ada Bunda, Ayah mengelus paha mulusku sembari sesekali mencolek bokongku yg besar. sampai waktu aku berpamitan untuk pergi kesekolah aku yg biasanya hanya mencium pipi Ayah Rendra sekarang Ayah juga mencium bibirku. Aku pun merasakan ciuman Ayah menandakan sesuatu hal. Tetapi aku masih bingung dgn yg aku rasakan, aku tidak meolak sama sekali dgn yg Ayah lakukan kepadaku. Bahkan aku sedikit menikmati perlakuan Ayah kepadaku. sampai akhirnya.

Suatu pagi seusai sarapan, aku mencoba untuk melupakan kejadian kemarin. Tetapi ketika aku memberikan ciuman ke Mamah, Ayah beranjak dari tempat duduknya dan menuju kamar. Mau tidak mau kuikuti Ayah ke kamar. Aku pun segera berjinjit untuk mencium pipi Ayah. Respon Ayah pun kulihat biasa saja. Dgn sedikit membungkukkan badan atletisnya, Ayah menerima ciumanku. Tetapi setelah kucium kedua pipinya, tiba-tiba Ayah mendaratkan bibirnya ke bibirku. Serr.., darahku seketika berdesir. Apalagi rambut-rambut kasarnya bergesekan dgn bibir atasku. Tetapi entah kenapa aku menerimanya, kubiarkan Ayah mengulum lembut bibirku. Hembusan nafas Ayah Rendra menerpa wajahku. Hampir satu menit kubiarkan Ayah menikmati bibirku. “Baik-baik di sekolah ya.., pulang sekolah jangan keluyuran..!” begitu yg kudengar dari Ayah.

Sejak kejadian itu, hubungan kita malah semakin dekat saja. Keakraban ini kunikmati sekali. Aku sudah dapat merasakan nikmatnya ciuman seorang lelaki, kendati itu dilakukan Ayah tiriku, begitu yg tersirat dalam pikiranku. Darahku berdesir hangat bila kulit kita bersentuhan. Begitulah, setiap berangkat sekolah, ciuman ala Ayah menjadi tradisi. Tetapi itu rahasia kita berdua saja. Bahkan pernah satu hari, ketika Mamah di dapur, aku dan Ayah berciuman di meja makan. Malah aku sudah berani memberikan perlawanan. Lidah Ayah yg masuk ke rongga mulutku langsung kuhisap. Ayah juga begitu. Kalau tidak memikirkan Mamah yg berada di dapur, mungkin kita akan melakukannya lebih panas lagi. Hari ini cuaca cukup panas. Aku mengambil inisiatif untuk mandi. Kebetulan aku hanya sendirian di rumah. Mamah membawa kedua adikku liburan ke luar kota karena lagi liburan sekolah. Dgn hanya
mengenakan handuk putih, aku sekenanya menuju kamar mandi. Setelah membersihkan badan, aku merasakan segar di badanku. Begitu hendak masuk kamar, tiba-tiba satu suara yg cukup akrab di telingaku menyebut namaku.
“Mel.. Mel.., Ayah pulang..” ujar lelaki yg ternyata Ayahku.
“Kok cepat pulangnya Pah..?” tanyaku heran sembari mengambil baju dari lemari.
“Iya nih, Ayah capek..” jawab Ayah dari luar.
“Kamu masak apa..?” tanya Ayah sembari masuk ke kamarku.

Aku sempat kaget juga. Ternyata pintu belom dikunci. Tetapi aku coba tenang-tenang saja. Handuk yg melilit di badanku tadinya kedodoran, aku ketatkan lagi. Kemudian membalikkan badan. Ayah rupanya sudah tiduran di ranjangku.

“Ada deh..,” ucapku sembari memandang Ayah dgn senyuman.
“Ada deh itu apa..?” tanya Ayah lagi sembari membetulkan posisi badannya dan memandang ke arahku.
“Memangnya kenapa Yah..?” tanyaku lagi sedikit bercanda.
“Nggak ada racunnya kan..?” candanya.
“Ada, tapi kecil-kecil..” ujarku menyambut canda Ayah.
“Kalau gitu, Ayah bisa mati dong..” ujarnya sembari berdiri menghadap ke arahku.
Aku sedikit gelagapan, karena posisi Ayah tepat di depanku.
“Kalau Ayah mati, gimana..?” tanya Ayah lagi.
Aku sempat terdiam mendengar pertanyaan itu.
“Lho.., kok kamu diam, jawab dong..!” tanya Ayah sembari menggenggam kedua tanganku yg sedang memegang handuk.

Aku kembali terdiam. Aku tidak tahu harus bagaimana. Bukan jawabannya yg membuatku diam, tetapi keberadaan kita di kamar ini. Apalagi kondisiku setengah bugil. Belom lagi terjawab, tangan kanan Ayah memegang daguku, sementara sebelah lagi tetap menggenggam tanganku dgn hangat. Ia angkat daguku dan aku menengadah ke wajahnya. Aku diam saja diperlakukan begini. Kulihat pancaran mata Ayah begitu tenangnya. Lalu kepalanya perlahan turun dan mengecup bibirku. Cukup lama Ayah mengulum bibir merahku. Perlahan tetapi pasti, aku mulai gelisah. Gairahku mulai terusik. Tanpa kusadari kuikuti saja keindahan ini.

Hasrat remajaku mulai keluar ketika tangan kiri Ayah menyentuh buah dadaku dan melakukan remasan kecil. Tidak hanya bibirku yg dijamah bibir tebal Ayah. Leher jenjang yg ditumbuhi rambut-rambut halus itu pun tidak luput dari sentuhan Ayah. Bibir itu kemudian berpindah ke telingaku.
“Yahh..” kataku ketika lidah Ayah masuk dan menggelitik telingaku. Ayah kemudian membaringkan badanku di atas kasur empuk.

“YAhh.. nanti ketahuan Bunda..” sebutku mencoba mengingatkan Mamah.
Tetapi Ayah diam saja, sembari menindih badanku, bibirku dikecupnya lagi. Tidak lama, handuk yg melilit di badanku disingkapkannya.
“Amelia, badan kamu sangat harum..” bisik Ayah lembut sembari mencampakkan guling ke bawah.

Dalam posisi ini, Ayah tidak puas-puasnya memandang badanku. Rambut halus yg membalut kulitku semakin meningkatkan hasratnya. Apalagi begitu pandangannya mengarah ke buah dadaku.

“Kamu udah punya pacar, Mel..?” tanya Ayah di telingaku.
“Aku hanya menggeleng pasrah”
Ayah kemudian membelai dadaku dgn lembut sekali. Seolah-olah menemukan mainan baru, Ayah mencium pinggiran buah dadaku.
“Uuhh..,” desahku ketika rambut kumis yg dipotong pendek itu menyentuh dadaku, sementara tangan Ayah mengelus pahaku yg putih. Puting buah dada yg masih merah itu kemudian dikulum.
“Yahh.. oohh..” desahku lagi.
“yahh.. nanti Mamm..” belom selesai kubicara, bibir Ayah dgn sigap kembali mengulum bibirku.
“Ayah sayg Amelia..” kata Ayah sembari memandangku.

Sekali lagi aku hanya terdiam. Tetapi sewaktu Ayah mencium bibirku, aku tidak diam. Dgn panasnya kita saling memagut. Waktu ini kita sudah tidak memikirkan status lagi. Puas mengecup putingku, bibir Ayah pun turun ke perut dan berlabuh di selangkangan. Ayah memang pintar membuatku terlena. Aku semakin terhanyut ketika bibir itu mencium kemaluanku. Lidahnya kemudian mencoba menerobos masuk. Nikmat sekali rasanya. Badanku pun mengejang dan merasakan ada sesuatu yg mengalir cepat, siap untuk dimuntahkan. “Ohh, ohh..” desahku panjang.

Ayah rupanya tahu maniku keluar, lalu dia mengambil posisi bersimpuh di sebelahku. Lalu mengarahkan tanganku ke batang kemaluannya. Kaget juga aku melihat batang kemaluannya Ayah, besar dan tegang. Dgn mata yg sedikit tertutup, aku menggenggamnya dgn kedua tanganku. Setan yg ada di badan kita seakan-akan kompromi. Tanpa sungkan aku pun mengulum benda itu ketika Ayah mengarahkannya ke mulutku.

“Terus Mel.., oh.. nikmatnya..” gumamnya.
Seperti berpengalaman, aku pun menikmati permainan ini. Benda itu keluar masuk dalam mulutku. Sesekali kuhisap dgn kuat dan menggigitnya lembut. Tidak hanya Ayah yg merasakan kenikmatan, aku pun merasakan hal serupa. Tangan Ayah mempermainkan kedua putingku dgn tangannya.

Karena gairah yg tidak tertahankan, Ayah akhirnya mengambil posisi di atas badanku sembari mencium bibirku dgn ganas. Kemudian kejantanannya Ayah menempel lembut di selangkanganku dan mencoba menekan. Kedua kakiku direntangkannya untuk mempermudah batang kemaluannya masuk. Perlahan-lahan kepala kemaluan itu menyeruak masuk menembus selaput dinding kemaluanku.

“Sakit.. pah..” ujarku.
“Tenang Sayg, kita nikmati saja..” jawabnya.

Bokong Ayah dgn lembut menekan, sesampai kemaluan yg berukuran 18cm dan berdiameter 4cm itu mulai tenggelam keseluruhan. Ayah melakukan ayunan-ayunan lagi. Kuakui, Ayah memang cukup lihai. Perasaan sakit akhirnya berganti nikmat. Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yg tiada taranya. Pantas orang bilang surga dunia. Aku mengimbangi kenikmatan ini dgn menggoyg-goygkan bokongku.

“Terus Mel, ya.. seperti itu..” sebut Ayah sembari mempercepat dorongan kemaluannya.
“Ayah.. ohh.., ohh..” renguhku karena sudah tidak tahan lagi.

Seketika itu juga darahku mengalir cepat, segumpal cairan putih meleleh di bibir kemaluanku. Kutarik leher Ayah sampai pundaknya kugigit keras. Ayah semakin terangsang rupanya. Dgn perkasa dikuasainya diriku.

Kemaluan yg sudah basah berulangkali diterobos kemaluan Ayah. Tidak jarang buah dadaku diremas dan putingku dihisap. Rambutku pun dijambak Ayah. Gairahku kembali memuncak. Selama tiga menit kita melakukan gaya konvensional ini. Tidak banyak variasi yg dilakukan Ayah. Mungkin karena baru pertama kali, dia takut menyakitiku. Kenikmatan ini semakin tidak tertahankan ketika kita berganti gaya. Dgn posisi 69, Ayah masih perkasa. Kemaluan Ayah dgn tanpa kendali keluar masuk kemaluanku.

“Nikmat Mel..? Ohh.. uhh..” tanyanya.
Terus terang, gaya ini lebih nikmat dari sebelomnya. Berulangkali aku melenguh dan mendesah dibuatnya.
“Pah.. Amelia nggak tahan..” katakuku ditengah terjangan Ayah.
“Sa.. sa.. bar Sayg.., ta.. ta.. han dulu..” ucap Ayah terpatah-patah.
Tetapi aku sudah tidak kuat lagi, dan untuk ketiga kalinya aku mengeluarkan mani kembali. “Okhh.. Ohkk.. hh..!” teriakku.

Lututku seketika lemas dan aku tertelungkup di ranjang. Dgn posisi telungkup di ranjang membuat Ayah semakin belingsatan. Ayah semakin kuat menekan kemaluannya. Aku memberikan ruang dgn mengangkat bokongku sedikit ke atas. Tidak berapa lama dia pun keluar juga.

“Okhh.. Ohh.. Ohk..” erang Ayah. Hangat rasanya ketika mani Ayah menyiram lubang kemaluanku. Dgn peluh di badan, Ayah menindih badanku. Nafas kita berdua tersengal-sengal. Sekian lama Ayah memelukku dari belakang, sementara mataku masih terpejam merasakan kenikmatan yg baru pertama kali kualami. Dgn kemaluan yg masih bersarang di kemaluanku, dia mencium lembut leherku dari belakang.

“Mel, Ayah sayg Amelia. Sebelom menikahi Mamahmu, Ayah sudah tertarik sama Amelia..” ucap Ayah sembari mengelus rambutku.

Mamah dan adikku, tiga hari di rumah nenek. Selama tiga hari itu pula, aku dan Ayah mencari kepuasan bersama. Entah setan mana yg merasuki kita, dan juga tidak tahu sudah berapa kali kita lakukannya. Terkadang malam hari juga, walaupun Mamah ada di rumah. Dgn alasan menonton bola di TV, Ayah membangunkanku, yg jelas perbuatan ini kulakukan sampai sekarang.

Gelora Birahi Sang Wanita Karir

Gelora Birahi Sang Wanita Karir

Aqu adalah seorang lelaki yg berusia 23 tahun dan aqu baru saja selesai kontrakku dgn salah satu perusahaan pelayaran luar negeri. Sekarang aqu adalah pengangguran karena aqu tak punya rencana untuk kembali berlayar setelah 2 tahun lamanya. Semua yg aqu ceritakan dibawah ini adalah nyata. Memang cerita ini terlalu bertele-tele bila dibandingkan dgn cerita-cerita yg pernah aqu baca di sexandzen18.blogspot.com, tetapi inilah cerita yg ingin aqu ceritakan bagi pembaca juga penggemar sexandzen18.blogspot.com

Cerita ini berawal dari seringnya aqu pergi bolak-balik ke rumah sakit untuk menjaga Ayah aqu di rumah sakit swasta di daerah Jatinegara, Jakarta Timur. Pada hari Minggu siang tanggal 5 November 2009, aqu turun ke bawah tempat merokok di rumah sakit tersebut, tetapi di saat aqu menikmati rokokku itu, di dekat tempat dudukku ada seorang perempuan setengah baya yg kira-kira berumur 30 tahun. Ia tampak sibuk sekali menelepon sana-sini dgn handphone-nya untuk mencari jasa derek boil untuk boilnya. Entah karena aqu merasa terganggu atau ada keinginan untuk membantu perempuan itu, akhirnya aqu beranikan diri untuk menawarkan jasa aqu karena siapa tahu kerusakannya masih sepele. Setelah mengumpulkan semua keberanian untuk menawarkan jasa aqu akhirnya meluncur juga dari mulutku untuk membantu dia.

“Eee.. maaf Aunty, kalo aqu boleh tau, boil Aunty rusak?” tanya aqu dgn ragu-ragu.
“Iya Dik”, jawabnya singkat sembari tetap menghubungi seseorang dgn handphone-nya.
“Eee.. kalo boleh tau, Aunty.. boil Aunty apa merk-nya?” tanya aqu lagi.
“Honda, Honda Maestro”, jawabnya dan kali ini dia melihat aqu.
“Kalo boleh, aqu coba bantu Aunty buat benerin boilnya Aunty, karena siapa tau aqu bisa, Aunty!”
kata aqu menawarkan pertolongan.
“Eee.. boleh-boleh.. Ayo ke boil aqu yuk”, pintanya.

Setelah itu kita berdua jalan meninggalkan tempat itu untuk menuju ke boil perempuan itu, yg ternyata tak jauh dari tempat merokok. Setelah aqu dibukakan pintu, aqu coba starter boilnya tapi hasilnya nihil. Dgn kasus seperti ini, aqu katakan pada perempuan itu bahwa ada kemungkinan bahwa ini masalah dinamonya dan aqu sarankan untuk mendorong boilnya karena tak ada masalah sesampai dia bisa tiba di rumahnya atau bengkel sebelum kesorean dan tak perlu memanggil jasa derek boil karena biayanya yg mahal. Dan sepertinya dia berpikir sejenak dan dia setuju dgn saran aqu, sampai akhirnya aqu memanggil salah satu satpam yg aqu temui untuk meminta pertolongannya untuk mendorong boil.

Agh, akhirnya boil perempuan itu nyala juga dan seperti dugaanku bahwa masalahnya cuma masalah dinamo. Dgn posisi perempuan itu di dalem boil dan aqu di luar sembari memperhatikan dia untuk meninggalkan aqu, tiba-tiba dia memanggil aqu dgn membuka kaca jendelanya dan mengucapkan terima kasih kepada aqu sembari memberikan uang 2 lembar seratus ribu tapi aqu tolak karena pertolonganku adalah dari hati nuraniku bukan untuk meminta balasan tetapi dia tetap memaksa aqu dan akhirnya aqu ambil satu saja dan satunya lagi tetap di tangannya sembari mengucapkan bahwa itu saja sudah lebih dari cukup. Akhirnya dia mengalah karena aqu tetap bertahan untuk tak mengambil sisanya tapi dia membuka tasnya dan mengambil kartu namanya dan diberikan buat aqu sembari menitip pesan bahwa kalau ada sesuatu atau aqu sedang senggang diminta menghubungi dia, dan aqu terima kartu namanya. Sebelum pergi, dia menanyakan nama aqu sembari menyodorkan tangannya dan aqu jawab bahwa nama aqu Willi dan dia mengatakan bahwa namanya Ineke. Dan akhirnya ia pergi dgn boilnya dan aqu tetap berdiri melihat boilnya sampai hilang ditelan sebuah tikungan ke kanan.

Dua hari setelah kejadian itu, Ayah aqu meninggal dan aqu sibuk menyelasaikan segala urusan yg berkaitan dgn Ayah aqu mulai dari rumah sakit, rumah duka, dikremasi sampai jadinya Akte Kematian.

Setelah semuanya selesai dan aqu kembali pada kehidupanku yg cuma menghabiskan hari demi hari aqu dgn jalan-jalan dgn kawan-kawan aqu ke sana ke mari. Sampai pada suatu hari di bulan Desember 2009, aqu teringat kembali dgn perempuan yg aqu kenal di rumah sakit dan aqu cari kartu namanya dan akhirnya ketemu. Akhirnya aqu hubungi Handphone-nya meskipun di kartu nama itu ada nomor telepon rumah dan kantornya.

“Hallooo?!” terdengar jawaban seorang perempuan dari sana.
“Dgn Ineke-nya ada? ini Willi”, jawab aqu lengkap.
Sejenak terdiam dan terdengar, “Iya ini Ineke sendiri dan aqu ingat kalo kamu yg nolong aqu waktu aqu di rumah sakit itu khan?” tanyanya yg terkesan menebak.
“Iya.. ini aqu Willi yg waktu itu”, jawab aqu.
“Eee.. gimana sekarang kamu, Will?” tanyanya.
“Lagi senggang nich”, jawab aqu.
“Kayaknya untuk sekarang ini aqu nggak bisa lama-lama ditelepon.. bagaimana kalau malam ini kita ketemu, aqu mau traktir kamu makan malem, apa bisa?” sambungnya.
“Iya bisa. Aqu nggak ada acara”, jawabku singkat.
“Oke kalo gitu kita ketemu di restaurant Rasmus Romas deket Ratu Plaza aja jam 7 malam ini, Oke?
kamu tau khan?” jawabnya menjelaskan.
“Iya aqu tau, Oke dech sampe nanti”, jawabku.

Seperti janjiku dgn Ineke, aqu datang ke Restaurant Rasmus Romas dan aqu tiba 10 menit lebih awal. Dan pilih tempat duduk yg kira-kira aqu bisa lihat kalau ada orang yg datang. Tepat jam 19.00, Ineke datang, dan aqu sangat terpana dgn pakaiannya yg begitu seksi. Dia mengenakan pakaian terusan warna merah dgn strip warna biru dgn model tali yg menggantung pada lehernya sesampai tampak dgn jelas punggungnya dan berarti dia tak memakai BH dan rambutnya yg sepanjang bahu dia ikat ke atas sedang rambut depannya dibuat poni rata dgn alis matanya tapi dgn tekukan ke atas. Dadanya yg lumayan besar dan bulat seakan-akan mau keluar dari pakaian yg dia pakai. Wow, aqu begitu terpana dgn apa yg aqu lihat, tapi aqu tak terlalu terpana karena aqu harus memberitahu bahwa aqu ada.

Aqu mengangkat tangan mengisyaratkan siapa tahu dia melihat. Ternyata ada seorang waiter yg melihat dan sepertinya dia tahu bahwa aqu memanggil Ineke, dan waiter itu pun mengatakan sesuatu pada Ineke kemudian menunjuk pada arahku.

“Hi.. udah lama?” katanya membuka pembicaraan sembari duduk dan merapikan pakaian terusannya sepanjang mata kaki.
“Belum”, jawabku singkat.
“Eee.. kamu udah pesen? kalo belum, kamu mau pesen apa?” tanya dia.
“Belum, aqu belum pesen apa-apa”,jawabku sembari membuka buku menu.

Setelah kita berdua memesan makanan, dan sembari menunggu makanan kami berbincang-bincang sana-sini dan akhirnya dia menanyakan bahwa mengapa aqu ada di rumah sakit saat itu, dan aqu jelaskan dan aqu katakan pula bahwa Ayah aqu sudah meninggal dan dia tampak terkejut dan minta maaf kalau dia membuat aqu sedih.

Acara makan malam aqu bersama Ineke berlangsung lancar dan kita berdua mau pulang, dia memaksa mengantar aqu pulang karena selain hemat biaya lagipula ternyata rumah Ineke searah dgn aqu, dia tinggal di daerah Kelapa Gading dan aqu yg menyetir dgn ijin dia terlebih dahulu.

Dalem perjalanan, tanpa aqu tanya, dia mengatakan bahwa dia sudah cerai dgn suaminya sejak anaknya berusia 6 bulan dgn alasan mantan suaminya itu punya simpanan. Saat dia menceritakan itu, aqu tak tahu apa yg harus aqu lakukan karena rasanya kalau diterus-teruskan mungkin akan membuat dia sedih dgn pengalaman pahitnya, sampai pada akhirnya mengatakan bahwa sebaiknya tak perlu diteruskan karena mungkin akan membuat dia ingat dgn masa kemudiannya itu tapi dia mengatakan bahwa dia ingin aqu tahu dgn siapa yg dia kenal (maksudnya dia sendiri). Dari ceritanya  bisa aqu simpulkan bahwa dia perempuan karier yg lumayan bagus dgn kariernya.

Setelah dia selesai menceritakan semuanya, kita terdiam sejenak dan cuma tembang-tembang Ebiet G Ade yg kita dengar. Tapi dgn tiba-tiba dan membuat aqu terkejut, Ineke mendekatkan kepalanya dan menyandar diantara bahu dan ujung jok boil. Saat itu aqu tak tahu harus bagaimana, jadi aqu diam saja. Tetapi yg menambah kurang konsentrasinya aqu dgn jalan adalah, setiap aqu mengganti persneling, lengan aqu bersentuhan dgn dadanya yg lumayan besar dan ini tak mengubah cara dia duduk, dia tetap dgn posisinya. Setiap kali bersentuhan aqu minta maaf padanya dan hati serta kemaluanku tegang. Rasanya aqu teramat salah tingkah karena selain menggangu pikiran aqu, aqu pun menikmati apa yg terjadi. Sampai pada akhirnya Ineke memecahkan kesepian pada saat itu dgn mengatakan,

 “Will, kamu sudah pernah bercinta?” Wah, rasanya seperti disambar geledek dengar
pertanyaan Ineke. Setelah terdiam sebentar karena terkejut, aqu jawab pertanyaannya itu dgn jujur bahwa aqu sudah pernah bercinta dan aqu jelaskan pula bahwa itu dgn pacar aqu. Kemudian dia bilang, “Eee.. kayaknya kamu sekarang sudah terangsang ya dgn posisiku kayak gini ini?” sembari tangan kirinya dgn cepat meraba daerah kemaluan aqu. Aqu benar-benar terhenyak dgn sikap Ineke dan aqu biarkan tangan kirinya meraba-raba dgn halusnya kemaluan aqu dari celana panjang aqu karena selain inilah yg yg inginkan, aqu pun lagi-lagi dalem posisi sulit.

Aqu tak tahu berapa lama dia meraba-raba kemaluan aqu sampai pada akhirnya dia membuka reitsleting celana aqu dan makin berani sesampai sekarang dia meraba-rabanya di celana dalem aqu Sembari meraba-raba dia bilang (dgn nada nakal dan manja), “Will, punya kamu ini besar ya?! panjang lagi.. dan kayaknya udah pengen maen nich.” Tetapi aqu tak memberi jawaban karena selain aqu tak tahu harus menjawab apa, aqu merasa sedang terbang.

Dan aqu pun tak tahu pasti berapa lama dia meraba-raba kemaluan aqu dari atas celana dalem aqu. Sampai pada akhirnya dgn tiba-tiba kepalanya seperti terjatuh ke daerah kemaluan aqu dan dia menjilat-jilat celana dalem aqu dgn tangan kirinya yg tetap meraba-raba rambut kemaluan aqu yg mungkin sebagian keluar dari celana dalem. Aqu yakin bahwa celana dalem aqu sudah basah dgn air liurnya karena rasanya sudah agak lama dia jilati. Tak berapa lama setelah aqu berpikir seperti ini  dia membuka celana dalem aqu dan langsung menelan semua kemaluan aqu. Wah, rasanya benar-benar nikmat dan aqu benar-benar harus membagi dua pikiran aqu antara kenikmatan yg sedang aqu rasakan juga jalanan.

Karena aqu pun terangsang dgn kuluman Ineke, dgn berani aqu memegang dadanya dan meremas-remas kecil. Meskipun aqu tak melihat, tetapi aqu bisa membaygkan bagaimana rasanya apabila aqu menghisapnya. Wah, sulit dikatakan. Sampai pada saatnya, aqu mengatakan pada Ineke bahwa aqu rasa aqu akan klimaks, tapi buru-buru dia menghentikan kulumannya dan mengambil posisi duduk normal. Dan dia bilang bahwa dia pun sudah terangsang dan ingin berhubungan seks. Dia mengajak aqu menginap di salah satu hotel. Sebelum mengiyakan ajakan Ineke, aqu katakan bahwa aqu harus memberitahu sama orang rumah bahwa aqu tak pulang agar mereka tak perlu menunggu aqu.

Setelah semuanya sudah beres, akhirnya boil yg kita tumpangi aqu arahkan ke daerah Sunter, karena aqu tahu bahwa di situ ada hotel, meskipun aqu belum pernah menginap di situ. Akhirnya kami tiba di hotel yg aqu maksud dan aqu beserta Ineke masuk dan mengurus urusan-urusan di Front Office di hotel itu, dan setelah semua selesai dgn biaya yg ditanggung Ineke, kami pun diantar ke kamar yg sudah dipilih dgn Bellboy.

Setelah mengecek sana-sini dalem kamar, akhirnya Bellboy meminta ijin untuk keluar setelah menghidupkan TV dgn Channel MTV. Dan setelah terdengar suara pintu kamar kami ditutup oleh Bellboy, aqu dan Ineke dgn cepat saling berpelukan dan berciuman sembari berdiri karena sama-sama sudah tak bisa menahan gairah seks masing-masing.

Ineke memang kelihatan sudah terangsang berat dan pandai berciuman karena aqu bisa merasakan permainan lidahnya yg sangat Hot. Sembari bermain lidah, tangan Ineke dan tangan aqu saling meraba-raba bagian terlarang satu sama lain. Tangan kiri aqu tetap memegang bagian belakang kepala Ineke sedang tangan kanan aqu mengelus-elus bagian punggung Ineke yg terbuka dan mulus putih tanpa cacat, sesekali meraba ke bagian tekukan bawah buah dadanya. Sesekali tercium olehku aroma parfum yg dia gunakan. Sedangkan tangan kiri Ineke menelusup ke bagian belakang celana aqu sedang tangan kanannya merabanya dari depan mulai dari kemaluan aqu sampai ke daerah pusar.

Lama-kelamaan, tangan aqu membuka sebagian pakaian bagian dadanya sesampai aqu bisa memegang dgn jelas bentuk buah dadanya. Aqu rasakan bahwa besar buah dada Ineke terasa mantap dgn posisi jemari aqu seperti mau mengambil buah dadanya itu. Aqu usap, elus dan mainkan puting susunya yg terasa makin lama makin agak keras. Dgn tetap sembari berciuman, memainkan lidah dan saling menggigit bibir bawah atau atas satu sama lainnya. Sedangkan tangan Ineke sedang berusaha membuka celana aqu dgn membuka reitsleting celana dan berusaha membuka ikat pinggang aqu.

Setelah celana aqu bisa dibuka oleh Ineke, dgn sigap dia mengambil kemaluanku yg sudah tegang dari balik celana dalemku kemudian memaju-mundurkan tangannya sembari tetap menggenggam kemaluanku. Sembari meraba-raba dan tetap memainkan puting susunya, tangan aqu yg lain berusaha untuk membuka kancing yg terletak di leher belakang Ineke. Dan akhirnya aqu bisa membuka kancing itu meskipun sedikit sulit karena cuma dgn satu tangan. Begitu pakaian terusannya bisa aqu buka, dgn otomatis pakaian terusan itu turun ke lantai sesampai buah dada Ineke sekarang sudah tak tertutupi sesuatu apa pun.

Dgn turunnya pakaian terusannya ke lantai, aqu hentikan ciuman bibir dgn Ineke dan aqu langsung mencium bagian dada kiri dan kanan Ineke yg begitu ranum dan kencang seakan-akan masih dalem pertumbuhan. Dalem setiap hisapanku atau permainan lidahku pada puting susunya, Ineke mendesah kenikmatan, “Uuuh.. aaghh.. enakk..” dgn sesekali menambahkannya dgn nama aqu dan disertai denga nafas yg memburu. Sedangkan tangannya dgn bergantian tetap memegang kemaluan aqu dan mengocoknya.

Setelah aqu agak puas dgn buah dadanya, jilatan, hisapan dan kecupan kecil aqu mengarah ke bawah dan makin ke bawah dgn tetap diiringi desahan Ineke yg aqu rasa sudah terangsang karena kenikmatan. Tetapi tangan aqu tetap meraba serta mengelus-elus buah dadanya. Sampai pada akhirnya tangan Ineke melepaskan kemaluan aqu karena posisi kami yg tak memungkinkan.

Jilatan dan kecupan kecil pada bagian bawah dada Ineke makin liar dgn makin tak bisa mengontrol diri aqu sendiri dgn gairah seks yg meluap-luap dan dgn sesekali aqu membuka mata aqu dan melihat bagian badan Ineke yg putih bersih serta mulus dan lembut. Aqu pun bisa merasakan detak jantungnya yg makin kencang.

Sembari tetap menjilati dan memberi kecupan kecil, tangan aqu dua-duanya meraba-raba bagian kemaluannya yg masih tertutup oleh celana dalem yg dia gunakan. Setelah aqu meraba-raba dgn halus semua daerah kemaluannya serta bagian bokong Ineke, baru aqu ketahui bahwa dia mengenakan celana dalem dgn model tali yg mana lekukan pada daerah lubang analnya berupa tali dan melingkari pinggangnya pun berupa tali yg diikat pada bagian pinggang kiri. Dan ini menambah gairah seks aqu yg membludak.

Setelah dgn mudah bisa aqu buka celana dalemnya, jilatan juga kecupan kecil, aqu lanjutkan pada daerah kemaluannya sampai aqu bisa merasakan bahwa aqu sedang berada di beberapa centimeter di atas liang keperempuanannya. Daerah yg ditumbuhi oleh rambut-rambut yg tak terlalu lebat dan terkesan dirawat rapi. Dan aqu tetap menikmati dgn makin mendesahnya Ineke dgn apa yg aqu lakukan pada badannya.

Tangan aqu pun mulai memainkan kemaluannya yg basah, aqu meraba kemaluannya dgn jari telunjuk atau jari tengah aqu dgn sesekali aqu masukkan ke dalem kemaluan Ineke. Sedang jempol aqu, aqu naik turunkan di daerah antara kemaluannya dgn rambut kemaluannya.

Aqu makin menikmati semua ini dgn menyentuh ujung lidah aqu pada kemaluannya bagian atas.
Tercium pula bau khas dari kemaluan Ineke. “Ughhh, Will.. sayaang.. kamu pintar sekali, sayg..” rintih Ineke ketika aqu menghisap-hisap klitorisnya dan sesekali menjilatnya. “Teruuus.. terus.. sayg.. agh.. ahhhh..” rintihnya sembari memegang kepala aqu dgn kedua tangannya dan seakan-akan menekan wajah aqu ke dalem kemaluannya. Waktu itu, aqu agak sulit bernafas dgn posisi seperti ini, tetapi aqu tetap menjilati dan memainkan klitorisnya.

Agak lama aqu memainkan klitorisnya dan sesekali memasukkan satu atau dua jari aqu ke dalem kemaluan Ineke. Mulanya yg sudah basah, sekarang sampai kering dan sekarang agak lembab dgn bercampurnya air liur aqu. Mungkin karena aqu yg terlalu menikmati yg sedang aqu lakukan atau mungkin karena dia sudah terangsang, dgn tiba-tiba dari dalem kemaluan Ineke menyembur cairan hangat yg belum pernah aqu temui sebelumnya. Dgn menyemburnya cairan itu dari dalem kemaluan Ineke, makin didorongnya kepala aqu ke arah kemaluan Ineke dan kali itu aqu merasa sulit sekali bernafas tetapi kejadian itu tak berlangsung lama karena setelah itu, Ineke melepaskan kepala aqu sesampai aqu bisa bernafas kembali. Tetapi aqu tetap menjilati dan menghisapnya yg terasa agak lengket dan sedikit bau amis.

Tak berapa lama setelah cairan itu menyembur, Ineke mengangkat kepala aqu, yg maksudnya agar aqu berdiri. Aqu pun berdiri dan wajah aqu dekat dgn wajahnya. Dan Ineke menciumi bibir aqu dgn masih adanya sisa cairan yg menempel di bibir dan lidah aqu. Ganas sekali dia menciumi aqu yg diiringi dgn permainan lidah dan terengah-engah nafasnya.

Setelah puas berciuman, Ineke menghentikannya dan mengatakan, “Will, sekarang gantian.. aqu yg mau menikmati badan kamu.” Sebelum aba-aba atau jawaban dari aqu, Ineke langsung membuka kaos aqu dari bawah dan menelusupkan satu tangannya ke atas ke bagian dada aqu. Sembari mengelus-elus dada aqu, dia bilang bahwa dada aqu lapang, tak seperti suaminya yg seolah-olah mempunyai buah dada. Ineke pun mengatakan bahwa perut aqu tak gendut, seperti peminum minuman keras.

Setelah aqu membuka kaos aqu sendiri, dgn segera Ineke memulai kecupan kecil di daerah dada aqu dan sesekali menjilatinya, sedangkan tangannya menuju pada kemaluan aqu dan seperti semula, dia memaju-mundurkan kemaluan aqu. “Aaah.. aaah.. enak, Luc”, desahku kenikmatan karena selain dijilati atau dikecup, kemaluanku pun dikocok-kocok dgn pelan-pelan tetapi pasti. Seperti halnya yg aqu lakukan pada badan Ineke, Ineke pun menjilati, mengecup dan menghisap semua bagian depan badanku dan makin lama makin ke bawah sampai akhirnya pada kemaluanku.

Pada saat di kemaluanku, Ineke langsung mengulumnya seakan-akan mau menelan semua
kemaluanku yg kira-kira panjangnya 16-18 centimeter. “Aaagghh.. aah.. eeenak, Luc!” desahku agak keras tak bisa menahan rasa nikmat yg aqu rasakan begitu Ineke memainkan lidahnya di bagian lubang kemaluanku. Tak bisa aqu ungkapkan kenikmatannya dan aqu benar-benar menikmati apa yg aqu rasakan.

Lama sekali Ineke menghisap, menjilat, mengulum dan memainkan kemaluan aqu, dia pun menjilati lubang anal aqu. Sampai pada akhirnya terlintas dalem pikiran aqu untuk menyelesaikan pemanasan ini dan memulai berhubungan seks.

Seperti halnya yg Ineke lakukan pada aqu dgn mengangkat kepala aqu dari kemaluannya, begitu pula yg aqu lakukan untuk menghentikan kulumannya pada kemaluan aqu. Aqu angkat kepalanya dan aqu dekatkan wajahnya kepada aqu kemudian menciumnya dgn kecupan-kecupan sesekali menciumnya dgn sedikit memainkan lidah.

Aqu pun menuntun Ineke untuk tiduran di kasur dgn posisi telentang. Setelah aqu beri ciuman dan sedikit kecupan kecil pada bibirnya, aqu memegang kemaluan aqu dan mengarahkan pada liang senggamanya. Kedua kakinya yg telah dibuka olehnya membuat aqu lebih mudah untuk memasukkan kemaluan aqu. Sembari memasukkan kemaluan aqu, aqu lihat raut wajah Ineke. Dia tampak mengejamkan kedua matanya sembari mendesah, “Ooohh.. eeemhhh..” kemudian menahan nafas sejenak, sedangkan kedua tangannya memegang kedua bokong aqu kemudian mencekeramnya agak keras.

Sembari mengeluarmasukkan kemaluan aqu ke kemaluan Ineke, aqu menekuk kedua kakinya dgn kedua tangan aqu sesampai telapak kaki dan tulang keringnya terangkat. “Uuughh.. esshhh.. aaahh.. eenak.. sayg..” desah Ineke sembari memejamkan matanya. Aqu pun mendesah kenikmatan dgn keluar masuknya kemaluan aqu di dalem kemaluan Ineke. “Aaahh.. eeessh.. Luss.. eenak..”

Kira-kira kami melakukan posisi itu selama 5 menit, kemudian aqu angkat kedua kakinya sesampai menghimpit kepalaku dan tetap mengeluarmasukkan kemaluanku. Dan aqu tak tahu berapa lama aqu dan Ineke melakukan posisi ini sampai akhirnya Ineke menarik aqu untuk mendekatkan kepala aqu dgn kepalanya, kemudian dia mendekap punggung aqu dgn erat bahkan aqu merasa sangat keras. Dan mendesah panjang, “Eeenghhh… eeesshhh.. eeenakk..”

Kemudian Ineke menghentikan sebentar dan mengeluarkan kemaluan aqu dari kemaluannya. Ia kemudian menungging dan aqu tahu maksudnya dan tanpa disuruh olehnya, aqu mengarahkan kemaluan aqu untuk kembali menghujam kemaluan Ineke. Sembari memegang kedua belah bokongnya bagian atas, aqu tetap mengeluarmasukkan kemaluan aqu dan sesekali aqu melihat reaksi Ineke yg mengangkat sedikit kepalanya ke atas dan sesekali mengibaskan rambutnya sembari mendesah-desah kenikmatan, “Aaaghh… eeesshh.. terus sayg..”

Rasanya lama sekali melakukan hubungan seks, sampai aqu merasa sedikit kelelahan begitu juga Ineke, sampai aqu putuskan untuk mempercepat gerakanku. Makin kupercepat kemaluanku di dalem kemaluan Ineke. Dgn makin kupercepat gerakanku, makin terdengar dgn jelas suara gesekan antara kemaluan aqu dgn kemaluannya yg telah diulasi oleh cairan dari kemaluan Ineke. Aqu pun sesekali memegang buah dadanya dgn kadang meremasnya karena aqu rasa buah dadanya akan naik turun dan menggantung karena posisinya.

“Aaakhh.. enakk!” desah Ineke sedikit teriak.
“Luc.. aqu mau keluar nich.. eeesshh..” desahku pada Ineke.
“Keluarin di dalem aja, Will.. eesshh..” jawabnya sembari mendesah.

Sampai akhirnya aqu merasa bahwa aqu akan mencapai puncak, aqu agak menunduk mengikuti posisi Ineke yg menungging dan aqu pegang kedua buah dadanya sembari sedikit meremas keduanya. “Uuugghh.. aaaggh.. eeenak Luss” teriakku agak keras dgn bersamaannya air mani aqu yg keluar dan menyembur di dalem kemaluan Ineke.

Setelah aqu berdiam sejenak setelah ejakulasi, aqu keluarkan kemaluan aqu dan aqu tuntun badan Ineke untuk membalik sesampai kami bisa berpelukan. Sembari saling memeluk, Ineke mengatakan bahwa aqu hebat dan dgn ijin aqu, dia ingin menceritakan ini pada kawannya. Waktu itu, aqu katakan bahwa tak ada masalah andai dia ingin menceritakan ini pada kawannya karena (waktu itu) aqu pikir, Ineke tak akan mengenalkan kawannya itu pada aqu.

Kami pun hening sejenak sembari tetap saling berpelukan dan badan masih dalem keadaan telanjang bulat dan aqu pun masih bisa mencium bau parfum yg Ineke gunakan. Dalem keheningan itu, terdengar dgn samar-samar lagu When You Said Nothing At All yg dibawakan oleh Ronan Keating dari pesawat TV yg ada. Kami pun secara bersamaan tersentak dan ingin melihat. Kemudian kami saling meregangkan pelukan kami, dan Ineke mengambil remote Tv yg berada di atas meja dekatnya kemudian menambah volume suaranya.  Setelah itu Ineke mengajak aqu untuk berpelukan lagi, saling mendekap lagi sembari menikmati lagu Ronan Keating tersebut.

Aqu lihat jam tangan, jam menunjukan pukul 12.45 dini hari. Dan kami pun tertidur sampai kita berdua bangun bersama-sama sekitar jam 07.00 pagi, karena ada seberkas sinar matahari.

Setelah mandi, akhirnya kita sepakat untuk keluar dari hotel tersebut dan Ineke mengantarkan aqu pulang sampai di depan rumah, setelah itu dia akan kembali ke rumahnya cuma untuk mengganti pakaian dan diteruskan ke kantor.

Di dekat rumah, Ineke mengatakan bahwa dia sangat puas dan ingin mengulang kembali apa yg terjadi tadi malam dan dia mengeluarkan sejumlah uang yg aqu kira cukup banyak buat aqu. Katanya saat itu, “Will.. ini buat kamu.. siapa tau bisa bantu-bantu kamu kalau kamu pengen beli sesuatu..” tetapi belum selesai penjelasannya, aqu jawab bahwa aqu tak mau menerima uang sesen pun dari dia karena apa-apa yg aqu lakukan adalah karena atas dasar suka sama suka dan aqu pun mengatakan bahwa aqu akan merasa sangat terhina kalau dia tetap memaksa aqu untuk menerima uang itu.

Akhirnya dia mengalah dan kita terdiam sejenak dan dia mengambil handphone-nya dan mengatakan bahwa itu adalah pemberian dari dia bukan balasan atas yg aqu lakukan, dia pun menjelaskan agar dia bisa menghubungi aqu. Setelah aqu pikir-pikir sembari dia tetap berharap agar aqu menerima itu, akhirnya aqu mau juga karena aqu pikir handphone ini tak akan selamanya, aqu bisa mengembalikannya suatu saat nanti.

Setelah tiba di rumah, aqu pun memohon diri dan sempat memegang tangannya bahwa apa yg dia rasakan antara aqu dan dia, mungkin yg aqu rasakan pada saat itu.

Hari itu Ineke menelepon aqu dua kali lewat handphone-nya, yg pertama mengatakan bahwa dia sudah tiba di rumah dan yg kedua adalah dia sudah berada di kantor.

Sejak itu, Ineke tak pernah menghubungi aqu lagi. Tadinya aqu pikir bahwa dia sibuk, dan aqu pun sadar dgn posisi aqu. Sampai akhirnya aqu dihubungi seorang perempuan lewat handphone pemberian Ineke. Perempuan itu mengatakan bahwa Ineke pernah cerita semuanya tentang hubungan aqu dgn Ineke mulai dari mula sampai akhir, dan perempuan ini mengatakan bahwa dia ingin mengatakan sesuatu pada aqu dan ingin ketemu dgn aqu.

Sampai pada akhirnya aqu setuju untuk bertemu tanggal 8 Desember di suatu Mall. Dalem
pertemuan tersebut, perempuan itu yg seumur dgn Ineke yg mengaku sebagai kawannya dan mengaku bernama Julliet ini mengatakan bahwa ada pesan dari Ineke untuk mengatakan yg sebenarnya pada aqu bahwa Ineke telah bersuami dan sudah 1.5 tahun belum dikarunia anak dan dikatakan bahwa suaminyalah yg tak mampu berproduksi karena Ineke secara diam-diam sudah memeriksakan dirinya tanpa sepengatahuan suaminya, dan pesan Ineke yg terakhir adalah dia menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya untuk aqu karena Ineke tak ingin bertemu dgn aqu lagi. Julliet ini pun mengatakan bahwa ia ingin melakukan hal yg sama seperti Ineke tetapi bukan dgn tujuan untuk memiliki anak karena ia mengatakan bahwa ia dan suaminya tanpa masalah dalem memproduksi anak, yg jadi masalah adalah suaminya yg setelah selesai hubungan seks, ia sering langsung meninggalkan Julliet tidur. “Jadi, andai Ineke hamil, ada kemungkinan bahwa itu adalah benih aqu”, pikirku.