Wednesday, December 21, 2016

Babysitter Lugu

Babysitter Lugu


Malam telah larut dan jam telah menunjukan pukul 9 malam. Sedari siang tadi kakakku bersama suaminya menghadiri pertemuan sebuah Network Marketing dan diteruskan dgn pertemuan khusus para leaders.
Untuk menghilangkan suntuk, aqu connect ke internet dan berbagai macam situs aqu buka, seperti biasa pasti terdapat banyak situs dewasa yg asal nyrobot. Biasanya aqu langsung close karena aqu enggak enak dgn kakakku, namun malam ini mereka tak ada dirumah, hanya bersama dgn seorang baby siters keponakanku, namanya Janah baru berumur 18 Tahun dan berasal dari Wonosobo. Memang agak kolotan dan dusun sekali, namun kalau aqu perhatikan lagi Janah memiliki body yg lumayan bagus dgn wajah yg tak terlalu jelek.


Kita biasa mengobrolkan acara televisi atau terkadang Im-im (panggilan Janah sehari-hari) aqu ajari internet meskipun hasilnya sangat buruk. Entah kenapa malam ini keinginanku untuk melihat situs dewasa sangat besar dan libidoku naik waktu aqu lihat foto-foto telanjang di internet, tanpa aqu sadari Im-im keluar dari kamar dan berjalan ke arahku entah telah berapa lamadia berdiri disampingku ikut memperhatikan foto-foto telanjang yg ada di monitor komputer.


“Apa enggak malu ya..?” tanya Im-im yg membuatku kaget dan segera aqu ganti situsnya dgn yg “normal”. Dgn berusaha tenang, aqu minta Janah mengulangi pertanyaannya. “Itu lho tadi, gambar perempuan telanjang yg Mas buat, emangnya nggak malu kalau dilihat orang?”

Memang Janah sangat lugu dan ndusun kalau soal beginian. Dgn santai aqu jawab sembari menyuruhnya duduk disebelahku.

“Begini Im, ini foto bukan aqu yg buat, orang yg buat ini (sembari aqu perlihatkan lagi situs yg memuat foto telanjang tadi), merekakan model yg dibayar jadi ngapain malu kalau dapat duit.”


Kemudian Im-im melihat lebih seksama satu per satu foto telanjang itu dgn posisi tubuh agak membungkuk sesampai terlihat jelas bulatan kenyal buah dadanya, telah sejak lama aqu menikmati pemandangan ini dan aqu sangat terobsesi untuk tidur dgn Im-im. Aqu tersentak kaget waktu Janah bertanya soal foto dimana seorang lelaki sedang menjilati kemaluan perempuan.

“Apa nggak geli perempuannya dijilati kayak gitu terus lagian mau- maunya lelaki itu jilatin punya perempuannya padahalkan tempat pipis?”.

Dgn otak yg telah kotor aqu mulai berfikir bagaimana aqu memanfaatkan Kesempatan ini dgn baik.
“Gini Im, kemaluannya perempuan kalau dijilatin oleh lelaki malah enak, memang awalnya geli tapi lama- lama ketagihan perempuannya. Kamu belum pernah coba kan?” tanyaqu pada Im-im sembari tanganku membuka foto-foto yg lebih hot lagi.


“Belum pernah sama sekali, tapi kalau ciuman bibir dan susuku diremes telah pernah, aqu taqut kalau nanti bunting”. (memang Im-im sangat terbuka tentang pacarnya yg di Bogor dan pernah suatu hari cerita kalau pacarnya ngajak tidur di hotel tapi Im-im nggak mau).


“Kalau Cuma kayak gitu nggak bakal bikin bunting, gemana kalau kamu coba, nanti kalau kamu bunting aqu mau tanggungjawab dan nggak perlu bingung soal uang, terus kalau ternyata kamu nggak bunting, kamu nanti aqu ajari gaya-gaya yg ada difoto ini. Gimana?”


Dan Im-im cuma diam sembari lihatin wajahku, sebenarnya aqu tahu dia naksir aqu telah lama tapi karena posisi dia hanya babysiters yg membuatnya nggak PD.


“Benar ya.., janji lho?” pintanya dgn sedikit ragu. Dan dgn wajah penuh semangat aqu bersumpah untuk menepati janjiku, meskipun aqu enggak ada niat untuk menepati janjiku. Aqu putuskan sambungan internet dan mulai “melatih” Im- im dgn diawali teknik berciuman yg telah pernah dia rasakan dgn pacarnya, sentuhan halus bibirnya yg lembut membuatku membalas dgn ganas sampai tanpa terasa tanganku telah meremas payudara Janah yg memang masih kencang. Desahan halus mulai muncul waktu bibirku menelusuri lehernya yg agak berbulu seolah Im-im menikmati semua pelatihan yg aqu berikan.

Aqu merasa cumbuan ini kurang nyaman, aqu dan Janah pindah ke dalam kamar Im-im, perlahan aqu rebahkan tubuhnya dan bibirku bergantian menjelajah bibir dan lehernya sedangkan tanganku berusaha membuka kaos dan BH-nya dan kini separoh tubuh Janah telah bugil membuat libidoku tak karuan. Tanpa ada keluhan apapun Janah terus mendesah nikmat dan tangannya membimbing tangan kiriku meremas teteknya yg bulat sedangkan payudara kanannya aqu lumat dgn bibirku sampai terdengar jeritan kecil Im-im. Entah berapa lama aqu mencumbu bagian atas tubuhnya dan sebenarnya keinginanku untuk bercinta telah sangat besar namun aqu tahu ini bukan waktu yg tepat. 

Perlahan aqu turunkan celana pendek dan celana dalamnya bersama sampai Janah sepenuhnya bugil dan ini yg membuat dia malu. Untuk membuat Janah tak merasa canggung aqu mencumbunya lebih ganas lagi sesampai kini Janah mendesah lebih keras lagi dan tangan kanannya meremas kaosku untuk menyalurkan gairahnya yg mulai memuncak. Bibirku kini mulai menjalar kebawah menuju kemaluannya yg tertutup kumpulan bulu hitam, perlahan aqu angkat kedua pahanya sampai posisi selakangannya terlihat jelas.

Samar-samar terlihat lipatan berwarna merah di kemaluannya dan aqu tahu baru aqu yg melihat surga dunia milik Im-im. Kini bibirku mulai menjilati kemaluannya yg mulai banjir dgn halus agar Im-im tak merasa geli dan ternyata rencanaqu berjalan lancar, desahan yg tadi menghiasi cumbuanku dgn Janah kini mulai diselingi lenguhan dan jeritan kecil yg menandakan kenikmatan luar biasa yg sedang dirasakan babysiters keponakanku. Semakin lama semakin banyak lendir yg keluar dari kemaluannya yg membuatku lebih bergairah lagi, tiba-tiba seluruh tubuh Janah kejang dan suara lenguhannya menjadi gagap sedangkan kedua tangannya meremas kuat kasurnya. Dgn diiringilenguhan panjang Janah mencapai klimak, tubuhnya bergerak tak beraturan dan aqu lihat sepasang teteknya mengeras sesampai membuatku ingin meremasnya dgn kuat.

Setelah kenikmatannya perlahan turun seiring tenaganya yg habis terkuras membuat tubuhnya yg bugil menjadi lunglai, dgn kepasrahannya aqu menjadi sangat ingin segera menembus kemaluannya dgn kemaluanku yg sedari tadi telah tegang. “Janah merasa sangat aneh, bingung aqu jelasin rasanya” katanya dgn perlahan. “Belum pernah aqu merasakan hal ini sebelumnya, aqu taqut kalau terjadi apa-apa,” sembari memelukku erat. Sembari kukecup keningnya, aqu jawab kekhawatiranya. 

“Ini yg disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru merasakan sebagian. Janah nggak perlu taqut atau khawatir soal ini, kan aqu mau tanggungjawab kalau kamu bunting,” sembari kubalas pelukannya. Sekilas aqu lupa libidoku dan berganti dgn perasaan ingin melindungi seorang perempuan, kemudian tanpa disengaja tangan Im-im menyentuh kemaluanku sesampai membuat
kemaluanku kembali menegang.

Wajah Janah tersipu malu waktu aqu lihat wajahnya yg memerah, kucium bibirnya dan tanpa menunggu komandoku Im-im membalasnya dgn lebih panas lagi dan kini Janah terlihat lebih PD dalam mengimbangi cumbuanku. Teteknya aqu remas dgn keras sesampai Im-im mengerang kecil.

Kini bajuku dibuka oleh sepasang tangan yg sedari tadi hanya mampu meremas keras kasur yg kini telah acak-acakan spreinya dan aqu imbangi dgn melepas celana pendekku dan segera terlihat kemaluan yg telah tegang karena aqu terbiasa tak memakai CD waktu dirumah. Melihat pemandangan itu, Janah malu dan menjadi sangat kikuk waktu tangannya aqu bimbing memegang kemaluanku dan setelah terbiasa dgn pemandangan ini aqu membuat gaya 69 dgn Janah berada diatas yg membuatnya lebih leluasa menelusuri kemaluanku. Setelah beberapa lama aqu bujuk untuk mengulumnya, akhirnya Im-im mau melaqukan dan menjadi sangat menikmati, sedangkan aqu terus menghujani kemaluannya dgn jilatan lidahku yg memburunya dgn ganas.


Karena tak kuat menahan rasa nikmat yg menyerang seluruh tubuhnya, Im-im tak mampu meneruskan kulumannya dan lebih memilih menikmati jilatan lidahku di kemaluannya dan aqu tahu Janah menginginkan kenikmatan yg lebih lagi sesampai tubuh bugilnya aqu rebahkan sedangkan kini tubuhku menindihnya sembari aqu teruskan bibirku menjelajahi bibirnya yg memerah.


Perlahan tanganku menuntun tangan kanan Im-im untuk memegang kemaluanku sampai berada tepat di depan mulut kemaluannya, aqu gosok-gosok kemaluanku di lipatan kemaluannya dan mengakibatkan sensasi yg menyenangkan, erat sekali tangannya memelukku sembari telus mengerang nikmat tanpa memperdulikan lagi suaranya yg mulai parau. Kemaluannya semakin basah dan perlahan kemaluanku yg tak terlalu besar mendesak masuk ke dalam kemaluannya dan usahaqu tak begitu berhasil karena hanya bisa memasukkan kepala kemaluanku.

Perlahan aqu mencoba lagi dan dgn inisiatif Im-im yg mengangkat kedua kakinya sampai selakangannya lebih terbuka lebar yg membuatku lebih leluasa menerobos masuk kemaluannya dan ternyata usahaqutak sia-sia. Dgn sedikit menjerit Janah mengeluh, “Aduh.., sakit. Pelan-pelan dong” dgn terbata-bata dan lemah kata-kata yg keluar dari mulutnya. 

Waktu seluruh kemaluanku telah masuk semua, aqu diam sejenak untuk merasakan hangatnya lubang kemaluannya. Perlahan aqu gerakkan kemaluanku keluar-masuk liang kemaluannya sampai menjadi lebih lancar lagi, semakin lama semakin kencang aqu gerakkan kemaluanku sampai memasuki liang paling dalam. Berbagai rancauan yg aqu dan Janah keluarkan untuk mengekspresikan kenikmatan yg kita alami telah tak terkendali lagi, hampir 15 menit aqu menggenjot kemaluannya yg baru pertama kali dimasuki kemaluan sampai aqu merasa seluruh syaraf kenikmatanku tegang.


Rasa nikmat yg aqu rasakan waktu spermaqu keluar dan memasuki lubang kemaluannya membuat seluruh tubuhku menegang, aqu lumat habis bibirnya yg memerah sampai Im-im dan kedua tanganku meremas teteknya yg mengeras. Akhirnya aqu bisa merasakan tubuh Im-im yg lama ada dianganku. Kita berdua tergolek lemah seolah tubuhku tak bertulang, kupeluk tubuh Janah dgn erat agar dia tak galau dan setelah tenagaqu pulih aqu berusaha memakaikan baju padanya karena Im-im tak mampu berdiri lagi. Waktu aqu hendak mengenakan CD aqu lihat sedikit bercak merah dipahanya dan aqu bersihkan dgn CD ku agar Im-im tak tahu kalau perawannya telah aqu renggut
tanpa dia sadari. Kita berdua melaqukan hal itu berulangkali dan Janah semakin pintar memuaskanku dan selama ini dia tak bunting yg membuatnya sangat PD.


Tanpa disadari 2 tahun aqu menikmati tubuhnya gratis meskipun kini Janah tak menjadi babysiters keponakanku sebab kakakku telah pindah rumah mengikuti suaminya yg dipindah tugaskan ke daerah lain. 

Sekarang Im-im menjadi penjaga rumahku dan sekaligus pemuas nafsuku waktu pacar-pacarku tak mau aqu ajak bercinta. Waktu lebaran seperti biasa Janah pulang kampung selama 2 minggu dan yg membuatku kaget dia membawa seorang perempuan sebayadgn Janah dan bernama Dina yg merupakan sepupunya. Memang lebih cantik dan lebih seksi dari Janah yg membuatku berpikir kotor waktu melihat tubuh yg dimiliki Dina yg lugu seperti Janah 2 tahun lalu.


Pada malam harinya, setelah kita melepas rasa kangen dgn bercinta hampir 2 jam, Janah tiba-tiba menjadi serius waktu dia mengutarakan maksudnya. 

“Mas, aqu telah 2 tahun melayani Mas untuk membereskan urusah rumah dan juga memberikan kepuasan diranjang seperti yg aqu berikan waktu ini,” Janah terdiam sejenak. 

“Aqu ingin tahu, apakah ada keinginan Mas untuk menikahiku meskipun sampai waktu ini aqu tak bunting. Apa Mas mau menikahiku?” Aqu terhenyak dan diam waktu disodori pertanyaan yg tak pernah terlintas sedikitpun selama 2 tahun ini. Lama aqu terdiam dan tak tahu mau berkata apa dan akhirnya Janah meneruskan perkataannya. 

“Janah tahu kalau Mas nggak ada keinginan untuk menikahiku dan aqu nggak menuntut untuk menjadi suamiku, 2 tahun ini aqu merasa sangat bahagia dan sebelum itu aqu telah mencintai Mas dan menjadi semakin besar waktu aqu tahu Mas sangat perhatian dgnku.”


Janah terdiam lagi dan aqu memeluknya erat penuh rasa sayg dan Janah pun membalas pelukanku.
“Tapi.., aqu ingin lebih dari ini. Aquingin bisa menikmati cinta dan kasih sayg seorang suami dan itu yg membuatku menerima pinangan seorang pria yg rumahnya tak jauh dari desaqu.

” Aqu terhenyak dan menjadi lebih bingung lagi dan belum bisa menerima kabar yg benar-benar mengagetkanku. Kita berdua hanya bisa diam dan tanpa terasa meleleh air mataqu dan aqu baru merasa bahwa aqu ternyata benar-benar menginginkannya, namun ternyata telah terlambat. Keesokan harinya aqu mengantar Janah ke terminal untuk kembali pulang ke desanyadan menikah dgn seorang duda tanpa anak, menurutnya calon suaminya akan menerimanya meskipun dia telah tak perawan. Dgn langkah gontai aqu kembali ke mobilku dan melalui hari-hariku tanpa Janah.