Friday, December 23, 2016

Merasuk Sukma

Merasuk Sukma
Siang itu suasana kantor PT. Mobat Mabit begitu sepi. Di sebuah ruangan, di lantai dua, sang manajer, Ir Bishman namanya, tengah melamun. Sembari duduk dgn mengangkat kedua kakinya ke atas meja, ia terus saja berpikir. Ya, ia memang sedang kasmaran dgn seorang perempuan. Perempuan itu tak lain adalah Lidya, bawahannya sendiri. Lidya memang cantik dan seksi. Di usianya yg baru mencapai 28 tahun, badannya memang sempurna dan menantang birahi setiap lelaki yg memandangnya. Terutama dadanya yg terlihat amat membusung indah. Lidya ini sudah cukup lama bekerja di kantor itu. Ia kini menjadi Kepala Bagian Pemasaran dan Distribusi yg membawahi 70 orang karyawan. Berkali-kali Bishman mengajak Lidya untuk makan malam, namun selalu ditolaknya Berbagai alasan diutarakannya. Capailah, atau alasan lain, mungkin dia sudah punya kekasih. Inilah yg membuat Bishman berpikir keras sedari tadi.

“Hmm.. gimana caranya supaya ia bisa takluk di pelukanku..? Nah.. aqu tahu sekarang.. Aqu akan menemui orang itu nanti malam..” tiba-tiba Bishman teringat seseorang yg mungkin menjadi satu-satunya harapan untuk mendapatkan Lidya.

Dgn penuh semangat, ia mengemudikan mobilnya menuju sebuah hutan terpencil sekitar 15 kilometer dari rumahnya. Rupanya, orang yg ia tuju adalah seorang tua yg tak lain adalah dukun ilmu hitam. Namanya Mbah Trimin. Orang ini terkenal di seantero kota itu sebagai dukun santet yg amat sakti. Apapun keinginan orang yg datang padanya pasti tercapai. Ia belum pernah gagal. Orang yg datang padanya tinggal memberinya upah, baik uang ataupun barang yg lain. Tak jarang mereka menghadiahkan wanita untuk ditiduri oleh sang dukun. Tua-tua keladi, makin tua nafsunya makin jadi.

Saat Bishman sampai di rumah tua itu, segera saja ia mengetuk pintu.

“Siapa di situ?” terdengar suara Mbah Trimin dari dalam.
“Permisi, Mbah.. boleh saya masuk..?” teriak Bishman.
“Ya, silahkan..” jawab Mbah Trimin sembari membuka pintu kayu yg sudah agak reyot itu.
Sesudah disuruh masuk, Bishman langsung duduk di ruangan tengah rumah tua itu yg penuh dgn bau kemenyan. Bulu kuduknya terasa mulai berdiri. Diperhatikannya seluruh isi ruangan itu. Memang menyeramkan suasananya. Ada tengkorak, kepala macan, kain-kain bergelantungan yg berwarna hitam dan merah darah, lalu seperti tempat pedupaan yg berada persis di hadapannya.

“Ada perlu apa, Nak Bishman malam-malam kemari..?” tiba-tiba Sang Dukun bertanya
Bishman tentu saja kaget tak kepalang. Ia tak menygka Mbah Zain mengetahui namanya. Benar-benar sakti.

“Eh.. anu Mbah.., saya butuh pertolongan.. saya suka dgn seorang perempuan.. Lidya namanya, kebetulan bawahan saya sendiri di kantor.. tapi saya selalu ditolaknya bila saya mengajaknya keluar makan malam.. Nah ini fotonya..” jawab Bishman dgn terbata-bata sembari mengeluarkan dari kantong kemejanya selembar foto close-up seorang perempuan berambut panjang sebahu yg amat cantik.

“Oh begitu..” jawab Mbah Trimin sembari memegang foto itu dan kemudian mengelus-elus jenggot putihnya yg panjang.

“Bisa.. bisa.. tapi apa upahnya nanti kalo kau berhasil mendapatkan dia, heh..?”
“Jangan kuatir, Mbah.. Saya sediakan 100 juta rupiah buat Mbah.. dan kalo saya bisa mendapatkan dia malam ini juga, setengahnya saya berikan dalam bentuk cek sekarang juga.. Gimana Mbah..?”
“Baiklah..” jawab si dukun, “Kalo begitu buka pakaianmu.. kau cukup hanya mengenakan celana dalam saja, lalu duduklah dgn posisi bersila di hadapanku..”


Bishman pun menuruti semua perintah si dukun. Sesudah itu, Mbah Trimin kemudian membaca beberapa mantera dan menabur kemenyan di atas pedupaan di depannya. Tak lama kemudian, terdengar petir menggelegar dan lampu ruangan itu tiba-tiba padam lalu hidup lagi. Bishman pun kemudian memejamkan matanya. Saat itu juga, roh sukma Bishman seperti terlepas dari badannya dan seperti melayg pergi ke luar rumah itu. Roh sukma Bishman yg setengah telanjang itu bergerak menuju rumah Lidya yg berjarak sekitar 18 kilometer dari sana.

Di rumahnya, Lidya tengah berusaha tidur. Ia mengenakan blouse putih yg amat transparan. Di baliknya, ia tak mengenakan apa-apa lagi. Buah dadanya yg berukuran 38 jelas terlihat, demikian juga dgn bulu-bulu kemaluannya yg menghitam. Setiap malam, ia selalu tidur dgn cara begitu. Ia merasa gerah karena panasnya udara yg terus saja menaungi ruangan kamarnya. Tiba-tiba saat ia ingin terlelap, berhembuslah angin yg terasa menusuk sum-sum badan. Ia terbangun. Jendela kamarnya tiba-tiba saja terbuka dan angin itu masuk. Dan memang angin aneh itu adalah terpaan roh sukma Bishman kiriman sang dukun. Roh sukma Bishman bisa melihat posisi badan Lidya tapi Lidya tak melihat apa-apa. Ia hanya merasakan terpaan angin aneh itu.

Sekonyong-konyong seperti ada dua tangan kekar merobek baju blouse Lidya. Lidya yg kaget menjadi ketaqutan setengah mati. Ia berusaha melawannya. Tapi ia kalah cepat. Blouse itu lebih dulu robek. Ia kini telanjang. Dan roh sukma Bishman dgn sengaja mendorong badannya jatuh telentang ke ranjang. Dgn cepat roh Bishman mencium bibir, wajah, leher dan buah dada Lidya yg besar itu. Lidya berusaha melaqukan perlawanan. Tapi ia bingung, sebab ia merasakan ciuman-ciuman itu tapi sosok yg menciumnya tak terlihat. Beberapa menit kemudian, karena putus asa, ia menyerah. Roh Bishman kemudian membuka celana dalamnya. Lalu kemaluannya yg sudah membesar diarahkan ke mulut Lidya.

Karena sudah merasa terangsang oleh ciuman-ciuman itu, Lidya pun mulai mengulum kemaluan besar tegak yg tak kelihatan tapi terasa wujudnya itu. Ia mengulum, menghisap-hisap, dan menjilat kemaluan itu. Kalau ada orang yg melihat Lidya saat itu, pastilah orang itu akan mengira bahwa Lidya sedang berpantomim dgn memperagakan gerakan oral seks. Tapi Lidya memang merasa ada kemaluan besar tegak sedang dihisap dan dijilat-jilatnya. Tanpa membuang waktu lagi, roh sukma Bishman segera membuka kedua kaki Lidya. Terlihat sekarang liang kewanitaannya yg sudah basah karena terangsang berat. Roh Bishman pun segera mengarahkan kemaluannya ke liang kemaluan Lidya.

Dgn sekali dorongan, “Bless.. jeb.. bless..” masuklah kemaluan besar tegak itu ke lubang senggama Lidya.
Lidya terlihat merem-melek merasakan senjata aneh itu keluar masuk di liang ajaibnya. Darah segar pun mengalir keluar dari kemaluannya. Darah perawan, karena memang selama ini Lidya belum pernah berhubungan dgn lelaki manapun. Karena merasa keenakan, Lidya pun mengimbanginya dgn menggerak-gerakkan badannya ke atas, ke bawah dan berputar-putar. Kemudian roh sukma Bishman pun mengangkat badan Lidya dan menyuruhnya untuk menungging. Ia lantas menusukkan kemaluannya dari belakang. Dan kemaluan itu pun masuk tanpa halangan lagi. Lidya terlihat menikmati tusukan kemaluan itu.

Dan sejam kemudian, roh sukma Bishman pun seperti akan mencapai puncak orgasmenya dan ia pun menumpahkan maninya ke sekujur badan Lidya yg saat itu sudah tergolek tak berdaya. Sesudah puas, roh itu seolah-olah terbang kembali ke tempat asalnya. Lidya yg kemudian tersadar, menjadi bingung dan bertanya-tanya apa sebenarnya yg sudah terjadi. Tapi kemudian ia sadar bahwa sesosok makhluk tanpa bentuk sudah menodainya dan ia tak tahu siapa sebenarnya makhluk itu. Ia lantas menangis tersedu-sedu. Nasi sudah menjadi bubur. Ya, keperawanannya sudah hilang. Entah apa yg akan dikatakannya pada Robert, kekasihnya bila akhirnya mereka menikah suatu hari nanti.

Sementara itu di rumah sang dukun, Bishman yg sudah berpakaian lengkap kembali, tersenyum puas.

“Terima kasih Mbah.. Ini cek senilai 50 juta yg tadi saya janjikan.. Saya akan memberikan sisanya bila Mbah mampu membuat Lidya menjadi tergila-gila pada saya..” ujarnya dgn senyuman licik di wajahnya.

“Oh.. itu gampang.. telan saja telur empedu rusa Kalamujeng ini.. dijamin besok pun perempuan itu akan kau nikmati lagi kesintalan badannya..” jawab si dukun sembari mengambil sebuah benda mirip telur hijau kecil dari kantong jubah lusuhnya. Tanpa pikir panjang lagi, Bishman menelan telur itu.

Keesokan harinya, apa yg dikatakan Mbah Trimin benar-benar terjadi. Saat suasana kantor pagi itu belum terlalu ramai, pintu kantor Bishman diketuk seseorang. Ketika Bishman menanyakan siapa yg mengetuk, suatu suara lembut berujar, “Maaf Pak.. saya ingin berbicara sebentar dgn Bapak..”

Mendengar suara itu, bukan main girangnya hati Bishman. Ya, itu suara Lidya. Inilah kesempatan yg ia tunggu-tunggu. Dgn bergegas ia membuka pintu itu, dan ternyata benar. Lidya terlihat cantik berdiri di sana dgn mengenakan rok mini. Sebuah senyuman genit terlihat di wajahnya. Tanpa membuang waktu lagi, Bishman menarik tangan Lidya. Ia lalu membawanya ke sofa besar di pojokan ruang kantornya itu. Dgn cepat ia mencium bibir Lidya dan Lidya pun membalasnya dgn semanga. Tangan Bishman pun segera menggeraygi badan mulusnya. Pertama-tama yg dituju adalah tentu saja buah dada besarnya.

Dibukanya kancing kemeja Lidya, lalu disingkapkannya BH-nya, dan segera saja buah dada itu diremas-remasnya tanpa ampun. Lidya tentu saja menggelinjang hebat. Lalu ia dgn inisiatif sendiri membuka semua pakaiannya. Melihat itu, Bishman tak mau kalah. Kemaluannya sudah tegang seperti siap untuk berperang. Tanpa disuruh lagi, saat keduanya sudah telanjang total, Lidya jongkok dan meraih kemaluan itu untuk dikulum, dihisap-hisap lalu dijilatnya sembari membelai-belai kantong zakar Bishman. Bishman merasakan kenikmatan surga dunia yg tiada taranya. Kepala kemaluannya dijilat-jilat dgn penuh nafsu oleh Lidya. Sesudah kemaluan itu benar-benar tegak, kini giliran Bishman yg mencoba membuat Lidya terangsang. Diciuminya bulu-bulu kemaluan Lidya, lalu lidahnya dgn sengaja dijulurkan ke dalam kemaluan Lidya sembari berusaha menarik-narik keluar klitorisnya.

“Uh.. uh.. uh.. uh.. aduh nikmatnya.. Terus Bas.. terus..” kata Lidya dgn tangannya memegang kepala Bishman yg kini sedang bergerilya di pangkal pahanya.
“Masukin sekarang aja, Bas.. kumohon, Saygku..”


Mendengar itu, Bishman segera mengajak Lidya bermain di atas meja kantornya yg cukup besar. Bishman rebahan di sana dan Lidya langsung naik ke atas pahanya. Posisi mereka berhadapan. Dgn penuh kelembutan, Lidya membawa kemaluan Bishman yg sudah tegak dan besar itu ke liang kenikmatannya. Dan ia pun dgn sengaja menurunkan bokongnya

Dan, “Bless.. bless.. jeb.. plouh..” kemaluan itu tak ayal lagi masuk separuhnya ke lubang kemaluan Lidya.

Sementara Lidya terus saja naik turun di atas pahanya, Bishman segera dgn posisi duduk meraih buah dada Lidya dan mencium serta menghisapnya seperti seorang bayi yg sedang disusui oleh ibunya. Setengah jam berlalu, tapi permainan birahi mereka belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Kemudian Bishman turun dari meja itu, lalu menyuruh Lidya menungging dgn tangan berpegangan pada pinggiran meja itu. Kemaluannya yg kini sudah basah oleh cairan kemaluan Lidya kembali diarahkan ke lubang senggama Lidya. Dgn sekali tancap, kemaluan itu masuk.

“Bless.. bless.. clop.. plak.. plak..” terdengar bunyi daging paha keduanya bergesekan dgn keras. Tiba-tiba saja, kedua mata Bishman terbeliak yg berarti ia sebentar lagi akan ejaqulasi.
“Di dalam atau di luar, Lin..?” tanyanya di tengah-tengah puncak nafsunya.
“Di dalam aja deh.. biar nikmat, Bas..” jawab Lidya seenaknya.
Dan benar saja, “Crot.. crot.. crot.. crot..” sebanyak sembilan kali semprot, mani Bishman keluar di dalam liang senggama milik Lidya.


Sisa-sisa mani yg ada pada kepala kemaluan Bishman, kemudian dibersihkan oleh Lidya dgn lidah dan mulutnya. Bahkan sebagian di antaranya ada yg ditelan olehnya. Keduanya kemudian saling melemparkan senyum puas.

Sedari itu, Bishman dan Lidya menjadi sepasang kekasih. Dimana pun mereka memiliki kesempatan, mereka selalu berhubungan seks. Sampai saat itu, Lidya tak pernah tahu bahwa Bishman lah yg pertama memperawaninya melalui roh sukmanya. Memang hebat ilmu hitam si Mbah Trimin..!