Wednesday, December 21, 2016

Sex Threesome

Sex Threesome
Waktu kuliah aqu punya sahabat karib bernama Yemima. Meskipun belom tentu sekali setahun berjumpa tetapi semenjak sama-sama kita berkeluarga hingga anak-anak tumbuh dewasa, jalinan persahabatan kita tetap berlanjut. Setaknya setiap bulan kita saling bertelpon. Ada saja masalahuntuk diomongkan. Suatu pagi Yemima telepon bahwa dia baru pulang dari Magelang, kota kelahirannya. Dia bilang ada oleh-oleh kecil untuk aqu.
Kalo aqu tak keluar rumah, Lanang anaknya, akan mengantarkannya kerumahku. Ah, repotnya sahabatku, demikian pikirku. Aqu sambut gembira atas kebaikan hatinya, aqu memang jarang keluar rumah dan aqu menjawab terima kasih untuk oleh-olehnya. Ah, rejeki ada saja, Yemima pasti membawakan getuk, makanan tradisional dari Magelang kesukaanku. Aqu tak akan keluar rumah untuk menunggu si Lanang, yg seingatku sudah lebih dari 10 tahun aqu tak berjumpa dgnnya.Menjelang tengah hari sebuah jeep Cherokee masuk ke halaman rumahku. Kuintip dari jendela. Dua orang anak tanggung turun dari jeep itu. Mungkin si Lanang datang bersama kawannya. Ah,jangkung bener anak Yemima. Aqu buka pintu. Dgn sebuah bingkisan si Lanang naik ke teras rumah
“Selamat siang, Aunty. Ini titipan mama untuk Aunty Ernita. Kenalin ini Dondon kawan saya, Aunty”. Lanang menyerahkan kiriman dari mamanya dan mengenalkan kawannya padaqu. Aqu sambut gembira mereka. Oleh-oleh Yemima dan langsung aqu simpan di lemari es-ku biar nggak basi. Aqu terpesona waktu melihat anak Yemima yg sudah demikian gede dan jangkung itu. Dgn gaya pakaian dan rambutnya yg trendy sungguh keren anak sahabatku ini. Demikian pula si Dondon kawannya, mereka berdua adalah pemuda-pemuda masa kini yg sangat tampan dan simpatik. Ah, anak jaman sekarang, mungkin karena pola makannya sudah maju pertumbuhan mereka jadi subur. Mereka aqu ajak masuk ke rumah. Kubuatkan minuman untuk mereka.

Kuperhatikan mata si Dondon agak nakal, dia pelototi bahuku, payudaraqu, leherku. Matanya mengikuti apapun yg sedang aqu laqukan, waktu aqu jalan, waktu aqu ngomong, waktu aqu mengambil sesuatu. Ah, maklum anak laki-laki, kalo lihat perempuan yg agak melek, biar sudah tuaan macam aqu ini, tetap saja matanya melotot. Dia juga pinter ngomong lucu dan banyak nyerempet-nyerempet ke masalah seksual. Dan si Lanang sendiri senang dgn omongan dan kelakar kawannya. Dia juga suka nimbrung, nambahin lucu sembari melempar senyuman manisnya.

Kita jadi banyak tertawa dan cepat saling akrab. Terus terang aqu senang dgn mereka berdua. Dan tiba-tiba aqu merasa berlaqu aneh, apakah ini karena naluri perempuanku atau dasar genitku yg nggak pernah hilang sejak masih gadis dulu, hingga kawan-kawanku sering menyebutku sebagai perempuan gatal. Dan kini naluri genit macam itu tiba-tiba kembali hadir.

Mungkin hal ini disebabkan oleh tingkah si Dondon yg seakan-akan memberikan celah padaqu untuk mengulangi peristiwa-peristiwa masa muda. Peristiwa-peristiwa penuh birahi yg selalu mendebarkan jantung dan hatiku. Ah, dasar perempuan tua yg nggak tahu diri, makian dari hatiku untukku sendiri. Tetapi gebu libidoku ini demikian cepat menyeruak ke darahku dan lebih cepat lagi ke wajahku yg langsung terasa bengap kemerahan menahan gejolak birahi mengingat masa laluku itu.

“Aunty, jangan ngelamun. Cicak jatuh karena ngelamun, lho”. Kita kembali terbahak mendengar kelakar Lanang. Dan kulihat mata Dondon terus menunjukkan minatnya pada bagian-bagian badanku yg masih mulus ini. Dan aqu tak heran kalo anak-anak muda macam Dondon dan Lanang ini demen menikmati penampilanku. Meskipun usiaqu yg memasuki tahun ke 42 aqu tetap “fresh” dan “good looking”. Aqu memang suka merawat badanku sejak muda. Boleh dibilang tak ada kerutan tanda ketuaan pada bagian-bagian badanku. Kalo aqu jalan sama Oke, suamiku, banyak yg mengira aqu anaknya atau bahkan “piaraan”nya. Kurang asem, tuh orang.

Dan suamiku sendiri sangat membanggakan kecantikkanku. Kalo dia berkesempatan untuk membicarakan istrinya, seakan-akan memberi iming-iming pada para pendengarnya hingga aqu tersipu meskipun dipenuhi rasa bangga dalam hatiku. Beberapa kawan suamiku terlihat sering tergoda untuk mencuri pandang padaqu. Tiba-tiba aqu ada ide untuk menahan kedua anak ini.

“Hai, bagaimana kalo kalian makan siang di sini. Aqu punya resep masakan yg gampang, cepat dan sedap. Sementara aqu masak kamu bisa ngobrol, baca tuh majalah atau pakai tuh, komputer si oom. Kamu bisa main game, internet atau apa lainnya. Tapi jangan cari yg ‘enggak-enggak’, ya..”, aqu tawarkan makan siang pada mereka.

Tanpa konsultasi dgn kawannya si Dondon langsung iya saja. Aqu tahu mata Dondon ingin menikmati sensual badanku lebih lama lagi. Si Lanang ngikut saja apa kata Dondon. Sementara mereka buka  komputer aqu ke dapur mempersiapkan masakanku. Aqu sedang mengiris sayuran ketika tahu-tahu Dondon sudah berada di belakangku. Dia menanyaiku, “Aunty dulu kawan kuliah mamanya Lanang,
ya. Kok kayanya jauh banget, sih?”.

“Apanya yg jauh?, aqu tahu maksud pertanyaan Dondon.
“Iya, Aunty pantesnya se-umur dgn kawan-kawanku”.
“Gombal, ah. Kamu kok pinter nge-gombal, sih, Don”.
“Bener. Kalo nggak percaya tanya, deh, sama Lanang”, lanjutnya sembari melototi pahaqu.
“Aunty hobbynya apa?”.
“Berenang di laut, skin dan scuba diving, makan sea food, makan sayuran, nonton Discovery di TV”.
“Ooo, pantesan”.
“Apa yg pantesan?”, sergapku.
“Pantesan body Aunty masih mulus banget”.

Kurang asem Dondon ini, tanpa kusadari dia menggiring aqu untuk mendapatkan peluang melontarkan kata-kata “body Aunty masih mulus banget” pada badanku. Tetapi aqu tak akan pernah menyesal akan giringan Dondon ini. Dan reaksi naluriku langsung membuat darahku terasa serr.., libidoku muncul terdongkrak. Setapak demi setapak aqu merasa ada yg bergerak maju. Dondon sudah menunjukkan keberaniannya untuk mendekat ke aqu dan punya jalan untuk mengungkapkan kenakalan ke-lelakian-nya.

“Ah, mata kamu saja yg keranjang”, jawabku yg langsung membuatnya tergelak-gelak.
“Papa kamu, ya, yg ngajarin?, lanjutku.
“Ah, Aunty, masak kaya gitu aja mesti diajarin”.
Ah, cerdasnya anak ini, kembali aqu merasa tergiring dan akhirnya terjebak oleh
pertanyaanku sendiri.

“Memangnya pinter dgn sendirinya?”, lanjutku yg kepingin terjebak lagi.
“Iya, dong, Aunty. Aqu belom pernah dengar ada orang yg ngajari gitu-gitu-an”.
Ah, kata-kata giringannya muncul lagi, dan dgn senang hati kugiringkan diriku.
“Gitu-gituan gimana, sih, Don sayg?”, jawabku lebih progresif.

“Hoo, bener sayg, nih?”, sigap Dondon.
“Habis kamu bawel, sih”, sergahku.
“Sudah sana, temenin si Lanang tuh, n’tar dia kesepian”, lanjutku.
“Si Lanang, mah, senengnya cuma nonton”, jawabnya.
“Kalo kamu?”, sergahku kembali.

“Kalo saya, action, Aunty sayg”, balas saygnya.
“Ya, sudah, kalo mau action, tuh ulek bumbu tumis di cobek, biar masakannya cepet mateng”,
ujarku sembari memukulnya dgn manis.
“Oo, beres, Aunty sayg”, dia tak pernah mengendorkan serangannya padaqu.

Kemudian dia menghampiri cobekku yg sudah penuh dgn bumbu yg siap di-ulek. Beberapa waktu kemudian aqu mendekat ke dia untuk melihat hasil ulekannya. “Uh, baunya sedap banget, nih, Aunty. Ini bau bumbu yg mirip Aunty atau bau Aunty yg mirip bumbu?”.

Kurang asem, kreatif banget nih anak, sembari ketawa ngakak kucubit pinggangnya keras-keras hingga dia aduh-aduhan. Seketika tangannya melepas pengulekan dan menarik tanganku dari cubitan di pinggangnya itu. Waktu terlepas tangannya masih tetap menggenggam tanganku, dia melihat ke mataqu. Ah, pandangannya itu membuat aqu gemetar. Akankah dia berani berbuat lebih jauh? Akankah dia yakin bahwa aqu juga merindukan kesempatan macam ini? Akankah dia akan mengisi gejolak hausku? Petualanganku? Nafsu birahiku?

Aqu tak memerlukan jawaban terlampau lama. Bibir Dondon sudah mendarat di bibirku. Kini kita sudah berpagutan dan kemudian saling melumat. Dan tangan-tangan kita saling berpeluk. Dan tanganku meraih kepalanya serta mengelusi rambutnya. Dan tangan Dondon mulai bergeser menerobos masuk ke blusku. Dan tangan-tangan itu juga menerobosi BH-ku untuk kemudian meremasi payudaraqu. Dan aqu mengeluarkan desahan nikmat yg tak terhingga. Nikmat kerinduan birahi menggauli anak muda yg seusia anakku, 22 tahun di bawah usiaqu.

“Aunty, aqu nafsu banget lihat body Aunty. Aqu pengin menciumi body Aunty. Aqu pengin menjilati body Aunty. Aqu ingin menjilati kemaluan Aunty. Aqu ingin ngentot Aunty”. Ah, seronoknya mulutnya.

Kata-kata seronok Dondon melahirkan sebuah sensasi erotik yg membuat aqu menggelinjang hebat. Kutekankan selangkanganku mepet ke selangkangnnya hingga kurasakan ada jendolan panas yg mengganjal. Pasti kemaluan Dondon sudah ngaceng banget.

Kuputar-putar pinggulku untuk merasakan tonjolannya lebih dalam lagi. Dondon mengerang.Dgn tak sabaran dia angkat dan lepaskan blusku. Sementara blus masih menutupi kepalaqu bibirnya sudah mendarat ke ketiakku. Dia lumati habis-habisan ketiak kiri kemudian kanannya. Aqu merasakan nikmat di sekujur urat-uratku. Dondon menjadi sangat liar, maklum anak muda, dia melepaskan gigitan dan kecupannya dari ketiak ke dadaqu.

Dia kuak BH-ku dan keluarkan payudaraqu yg masih terlihat ranum. Dia isep-isep bukit dan pentilnya dgn penuh nafsu. Suara-suara erangannya terus mengiringi setiap sedotan, jilatan dan gigitannya. Sementara itu tangannya mulai merambah ke pahaqu, ke selangkanganku. Dia lepaskan kancing- kancing kemudian dia perosotkan hotpants-ku. Aqu tak mampu mengelak dan aqu memang tak akan mengelak. Birahiku sendiri sekarang sudah terbakar hebat. Gelombang dahsyat nafsuku telah melanda dan menghanyutkan aqu. Yg bisa kulaqukan hanyalah mendesah dan merintih menanggung derita dan siksa nikmat birahiku.

Begitu hotpants-ku merosot ke kaki, Dondon langsung setengah jongkok menciumi celana dalamku. Dia kenyoti hingga basah kuyup oleh ludahnya. Dgn nafsu besarnya yg kurang sabaran tangannya memerosotkan celana dalamku. Kini bibir dan lidahnya menyergap kemaluan, bibir dan kelentitku. Aqu jadi ikutan tak sabar.

“Dondon, Aunty udah gatal banget, nih”.
“Copot dong celanamu, aqu pengin menciumi kamu punya, kan”.

Dan tanpa protes dia langsung berdiri melepaskan celana panjang berikut celana dalamnya. kemaluannya yg ngaceng berat langsung mengayun kaqu seakan mau nonjok aqu. Kini aqu ganti yg setengah jongkok, kukulum kemaluannya. Dgn sepenuh nafsuku aqu jilati ujungnya yg sobek merekah menampilkan lubang kencingnya. Aqu merasakan precum asinnya waktu Dondon menggerakkan bokongnya ngentot mulutku. Aqu raih pahanya biar arah kemaluannya tepat ke lubang mulutku.

“Aunty, aqu pengin ngentot kemaluan Aunty sekarang”. Aqu tak tahu maunya, belom juga aqu puas mengulum kemaluannya dia angkat badanku. Dia angkat satu kakiku ke meja dapur hingga kemaluanku terbuka. Kemudian dia tusukkannya kemaluannya yg lumayan gede itu ke kemaluanku.

Aqu menjerit tertahan, sudah lebih dari 3 bulan Oke, suamiku nggak nyenggol-nyenggol aqu. Yg sibuklah, yg rapatlah, yg golflah. Terlampau banyak alasan untuk memberikan waktunya padaqu. Kini kegatalan kemaluanku terobati, Kocokkan kemaluan Dondon tanpa kenal henti dan semakin cepat. Anak muda ini maunya serba cepat. Aqu rasa sebentar lagi air maninya pasti muncrat, sementara aqu masih belom sepenuhnya puas dgn entotannya.

Aqu harus menunda agar nafsu Dondon lebih terarah. Aqu cepat tarik kemaluanku dari tusukkannya, aqu berbalik sedikit nungging dgn tanganku bertumpu pada tepian meja. Aqu pengin dan mau Dondon nembak kemaluanku dari arah belakang. Ini adalah gaya favoritku. Biasanya aqu akan cepat orgasme waktu dientot suamiku dgn cara ini. Dondon tak perlu menunggu permintaanku yg kedua. kemaluannya langsung di desakkan ke mem*kku yg telah siap untuk melahap kemaluannya itu.

Nah, aqu merasakan enaknya kemaluan Dondon sekarang. Pompaannya juga lebih mantab dgn bokongku yg terus mengimbangi dan menjemput setiap tusukan kemaluannya. Ruang dapur jadi riuh rendah.

Selintas terpikir olehku, di mana si Lanang. Apakah dia masih berkutat dgn komputernya? Atau dia sedang mengintip kita barangkali? Tiba-tiba dalam ayunan kemaluannya yg sudah demikian keras dan berirama Dondon berteriak.

“Nang, Lanang, ayoo, bantuin aqu .., Nang..”.
Ah, kurang asem anak-anak ini. Jangan-jangan mereka memang melaqukan konspirasi untuk mengentotku waktu ada kesempatan disuruh mamanya untuk mengirimkan oleh-oleh itu. Kemudian kulihat Lanang dgn tenangnya muncul menuju ke dapur dan berkata ke Dondon

“Gue kebagian apanya Don?’
“Tuh, lu bisa ngentot mulutnya. Dia mau kok”.

Duh, kata-kata seronok yg mereka ucapkan dgn kesan seolah-olah aqu ini hanya obyek mereka. Dan anehnya ucapan-ucapan yg sangat tak santun itu demikian merangsang nafsu birahiku, sangat eksotik dalam khayalku. Aqu langsung membaygkan seolah-olah aqu ini anjing mereka yg siap melayani apapun kehendak pemiliknya.

Aqu melenguh keras-keras untuk merespon gaya mereka itu. Kulihat dgn tenangnya Lanang mencopoti celananya sendiri dan lantas meraih kepalaqu dgn tangan kirinya, dijambaknya rambutku tanpa menunjukkan rasa hormat padaqu yg adalah kawan mamanya itu, untuk kemudian ditariknya mendekat ke kemaluannya yg telah siap dalam genggaman tangan kanannya. kemaluan Lanang terlihat kemerahan mengkilat. Kepalanya menjamur besar diujung gagangnya.

Waktu bibirku disentuhkannya aroma kemaluannya menyergap hidungku yg langsung membuat aqu kelimpungan untuk selekasnya mencaplok kemaluan itu. Dgn penuh kegilaan aqu lumati, jilati kulum, gigiti kepalanya, gagangnya, pangkalnya, biji pelernya. Tangan Lanang terus mengendalikan kepalaqu mengikuti keinginannya. Terkadang dia buat maju mundur agar mulutku memompa, terkadang dia tarik keluar kemaluannya menekankan gagangnya atau pelirnya agar aqu menjilatinya.

Duh, aqu mendapatkan sensasi kenikmatan seksualku yg sungguh luar biasa. Sementara di belakang sana si Dondon terus menggenjotkan kemaluannya keluar masuk menembusi kemaluannya sembari jari-jarinya mengutik-utik dan disogok-sogokkannya ke lubang bokongku yg belom pernah aqu mengalami cara macam itu. Oke, suamiku adalah lelaki konvensional.

Waktu dia menggauliku dia laqukan secara konvensional saja. Sehingga waktu aqu merasakan bagaimana perbuatan kawan dan anak sahabatku ini aqu merasakan adanya sensasi baru yg benar-benar hebat melanda aqu. Kini 3 lubang erotis yg ada padaqu semua dijejali oleh nafsu birahi mereka. Aqu benar-benar jadi lupa segala-galanya. Aqu mengenjot-enjot bokongku untuk menjemputi kemaluan dan jari-jari tangan Dondon dan mengangguk-anggukkan kepalaqu untuk memompa kemaluan Lanang.

“Ah, Aunty, mulut Aunty sedap banget, sih. Enak kan, kemaluanku. Enak, kan? Sama kemaluan Oom enak mana? N’tar Aunty pasti minta lagi, nih”.

Dia percepat kendali tangannya pada kepalaqu. Ludahku sudah membusa keluar dai mulutku. kemaluan Lanang sudah sangat kuyup. Sesekali aqu berhenti sessat untuk menelan ludahku.

Tiba-tiba Dondon berteriak dari belakang, “Aqu mau keluar nih, Aunty. Keluarin di kemaluan atau mau diisep, nih?”.
Ah, betapa nikmatnya bisa meminum air mani anak-anak ini. Mendengar teriakan Dondon yg terlihat sudah kebelet mau muncratkan air maninya, aqu buru-buru lepaskan kemaluan Lanang dari mulutku. Aqu bergerak dgn cepat jongkok sembari mengangakan mulutku tepat di ujung kemaluan Dondon yg kini penuh giat tangannya mengocok-ocok kemaluannya untuk mendorong agar air maninya cepat keluar.

Kudengar mulutnya terus meracau, “Minum air maniku, ya, Aunty, minum ya, minum, nih, Aunty, minum ya, makan air maniqu ya, Aunty, makan ya, enak nih, Aunty, enak nih air maniku, Aunty, makan ya..”.

Air mani Dondon muncrat-muncrat ke wajahku, ke mulutku, ke rambutku. Sebagian lain terlihat mengalir di gagang dan tangannya. Yg masuk mulutku langsung aqu kenyam-kenyam dan kutelan. Yg meleleh di gagang dan tanganannya kujilati kemudian kuminum pula.

Kemudian dgn jari-jarinya Dondon mengorek yg muncrat ke wajahku kemudian disodorkannya ke mulutku yg langsung kulumati jari-jarinya itu. Ternyata waktu Lanang menyaksikan apa yg dikerjakan Dondon dia nggak mampu menahan diri untuk mengocok-ocok juga kemaluannya. Dan beberapa waktu sesudah kemaluan Dondon menyemprotkan air maninya, menyusul kemaluan Lanang memuntahkan banyak air maninya ke mulutku. Aqu menerima semuanya seolah-olah ini hari pesta ulang tahunku. Aqu merasakan rasa yg berbeda, air mani Dondon serasa madu manisnya, sementara air mani Lanang sangat gurih seperti air kelapa muda.

Dasar anak muda, nafsu mereka tak pernah bisa dipuaskan. Belom sempat aqu istirahat mereka mengajak aqu ke ranjang pengantinku. Mereka nggak mau tahu kalo aqu masih mengagungkan ranjang pengantinku yg hanya Oke saja yg boleh ngentot aqu di atasnya. Setengahnya mereka menggelandang aqu memaksa menuju kamarku.

Aqu ditelentangkannya ke kasur dgn bokongku berada di pinggiran ranjang. Lanang menjemput satu tungkai kakiku yg dia angkatnya hingga nempel ke bahunya. Dia tusukan kemaluannya yg tak surut ngacengnya sesudah sedemikian banyak menyemprotkan air mani untuk menyesaki kemaluanku, kemudian dia pompa kemaluanku dgn cepat kesamping kanan, kiri, ke atas, ke bawah dgn penuh
irama.

Aqu merasakan ujungnya menyentuh dinding rahimku dan aqu langsung menggelinjang dahsyat. Bokongku naik turun menjemput tusukan-tusukan kemaluan legit si Lanang. Sementara itu Dondon menarik badanku agar kepalaqu bisa menciumi dan mengisap kemaluannya. Kita bertiga kembali mengarungi samudra nikmatnya birahi yg nikmatnya tak terperi.

Hidungku menikmati banget aroma yg menyebar dari selangkangan Dondon. Jilatan lidah dan kuluman bibirku liar melata ke seluruh kemaluan Dondon. Kemudian untuk memenuhi kehausanku yg amat sangat, paha Dondon kuraih ke atas ranjang sehingga satu kakinya menginjak ke kasur dan membuat posisi bokongnya menduduki wajahku. Dgn mudah tangan Dondon meraih dan meremasi susu-susu dan pentilku.

Sementara hidungku setengah terbenam ke celah bokongnya dan bibirku tepat di bawah akar pangkal kemaluannya yg keras menggembung. Aqu menggosok-gosokkan keseluruhan wajahku ke celah bokongnya itu sembari tangan kananku ke atas untuk ngocok kemaluan Dondon. Duh, aqu kini tenggelam dalam aroma nikmat yg tak terhingga. Aqu menjadi kesetanan menjilati celah bokong Dondon.

Aroma yg menusuk dari bokongnya semakin membuat aqu liar tak terkendali. Sementara di bawah sana Lanang yg rupanya melihat bagaimana aqu begitu liar menjilati bokong Dondon langsung dgn buasnya menggenjot kemaluanku. Dia memperdengarkan racauan nikmatnya,

“Aunty, kemaluanmu enak, Aunty, kemaluanmu aqu entot, Aunty, kemaluanmu aqu entot, ya, enak, nggak, heh?, Enak ya, kemaluanku, enak Aunty, kemaluanku?”. Aqu juga membalas erangan, desahan dan rintihan nikmat yg sangat dahsyat. Dan ada yg rasa yg demikian exciting merambat dari dalam kemaluanku.

Aqu tahu orgasmeku sedang menuju ke ambang puncak kepuasanku. Gerakkanku semakin menggila, semakin cepat dan keluar dari keteraturan. Kocokkan tanganku pada kemaluan Dondon semakin kencang. Naik-naik bokongku menjemputi kemaluan Lanang semakin cepat, semakin cepat, cepat, cepat, cepat.

Dan teriakanku yg rasanya membahana dalam kamar pengantinku tak mampu kutahan, meledak menyertai bobolnya pertahanan kemaluanku. Cairan birahiku tumpah ruah membasah dan membusa mengikuti gagang kemaluan yg masih semakin kencang menusukki kemaluanku. Dan aqu memang tahu bahwa Lanang juga hendak melepas air maninya yg kemudian dgn rintihan nikmatnya akhirnya menyusul sedetik sesudah cairan birahiku tertumpah. Kakiku yg sejak tadi telah berada dalam pelukannya disedoti dan gigitinya hingga meninggalkan cupang-cupang kemerahan.

Sementara Dondon yg sedang menggapai menuju puncak pula, meracau agar aqu mempercepat kocokkan kemaluannya sembari tangannya keras-keras meremasi payudaraqu hingga aqu merasakan pedihnya. Dan waktu puncaknya itu akhirnya datang, dia lepaskan genggaman tanganku untuk dia kocok sendiri kemaluannya dgn kecepatan tinggi hingga air maninya muncrat semburat tumpah ke badanku.

Aqu yg tetap penasaran, meraih gagang yg berkedut-kedut itu untuk kukenyoti, mulutku mengisap-isap cairan maninya hingga akhirnya segalanya reda. Jari-jari tanganku mencoleki air mani yg tercecer di badanku untuk aqu jilat dan isap guna mengurangi dahaga birahiku. 

Sore harinya, meskipun aqu belom sempat merasakan getuk kirimannya yg kini berada dalam lemari esku dgn penuh semangat dan terima kasih aqu menelepon Yemima.

“Wah, terima kasih banget atas kirimannya, ya Yen. Karena sudah lama aqu tak merasakannya, huh, nikmat banget rasanya. Ada gurihnya, ada manisnya, ada legitnya”, kataqu sembari selintas mengingat kenikmatan yg aqu raih dari Lanang anaknya dan Dondon kawannya.

Yemima tertawa senang sembari menjawab, “Nyindir, ya. Memangnya kerajinan tanduk dari Pucang (sebuah desa di utara Magelang yg menjadi pusat kerajinan dari tanduk kerbau) itu serasa getuk kesukaanmu itu. N’tar deh kalo aqu pulang lagi, kubawakan sekeranjang getukmu”.