Friday, December 23, 2016

Gelora Birahi Sang Wanita Karir

Gelora Birahi Sang Wanita Karir

Aqu adalah seorang lelaki yg berusia 23 tahun dan aqu baru saja selesai kontrakku dgn salah satu perusahaan pelayaran luar negeri. Sekarang aqu adalah pengangguran karena aqu tak punya rencana untuk kembali berlayar setelah 2 tahun lamanya. Semua yg aqu ceritakan dibawah ini adalah nyata. Memang cerita ini terlalu bertele-tele bila dibandingkan dgn cerita-cerita yg pernah aqu baca di sexandzen18.blogspot.com, tetapi inilah cerita yg ingin aqu ceritakan bagi pembaca juga penggemar sexandzen18.blogspot.com

Cerita ini berawal dari seringnya aqu pergi bolak-balik ke rumah sakit untuk menjaga Ayah aqu di rumah sakit swasta di daerah Jatinegara, Jakarta Timur. Pada hari Minggu siang tanggal 5 November 2009, aqu turun ke bawah tempat merokok di rumah sakit tersebut, tetapi di saat aqu menikmati rokokku itu, di dekat tempat dudukku ada seorang perempuan setengah baya yg kira-kira berumur 30 tahun. Ia tampak sibuk sekali menelepon sana-sini dgn handphone-nya untuk mencari jasa derek boil untuk boilnya. Entah karena aqu merasa terganggu atau ada keinginan untuk membantu perempuan itu, akhirnya aqu beranikan diri untuk menawarkan jasa aqu karena siapa tahu kerusakannya masih sepele. Setelah mengumpulkan semua keberanian untuk menawarkan jasa aqu akhirnya meluncur juga dari mulutku untuk membantu dia.

“Eee.. maaf Aunty, kalo aqu boleh tau, boil Aunty rusak?” tanya aqu dgn ragu-ragu.
“Iya Dik”, jawabnya singkat sembari tetap menghubungi seseorang dgn handphone-nya.
“Eee.. kalo boleh tau, Aunty.. boil Aunty apa merk-nya?” tanya aqu lagi.
“Honda, Honda Maestro”, jawabnya dan kali ini dia melihat aqu.
“Kalo boleh, aqu coba bantu Aunty buat benerin boilnya Aunty, karena siapa tau aqu bisa, Aunty!”
kata aqu menawarkan pertolongan.
“Eee.. boleh-boleh.. Ayo ke boil aqu yuk”, pintanya.

Setelah itu kita berdua jalan meninggalkan tempat itu untuk menuju ke boil perempuan itu, yg ternyata tak jauh dari tempat merokok. Setelah aqu dibukakan pintu, aqu coba starter boilnya tapi hasilnya nihil. Dgn kasus seperti ini, aqu katakan pada perempuan itu bahwa ada kemungkinan bahwa ini masalah dinamonya dan aqu sarankan untuk mendorong boilnya karena tak ada masalah sesampai dia bisa tiba di rumahnya atau bengkel sebelum kesorean dan tak perlu memanggil jasa derek boil karena biayanya yg mahal. Dan sepertinya dia berpikir sejenak dan dia setuju dgn saran aqu, sampai akhirnya aqu memanggil salah satu satpam yg aqu temui untuk meminta pertolongannya untuk mendorong boil.

Agh, akhirnya boil perempuan itu nyala juga dan seperti dugaanku bahwa masalahnya cuma masalah dinamo. Dgn posisi perempuan itu di dalem boil dan aqu di luar sembari memperhatikan dia untuk meninggalkan aqu, tiba-tiba dia memanggil aqu dgn membuka kaca jendelanya dan mengucapkan terima kasih kepada aqu sembari memberikan uang 2 lembar seratus ribu tapi aqu tolak karena pertolonganku adalah dari hati nuraniku bukan untuk meminta balasan tetapi dia tetap memaksa aqu dan akhirnya aqu ambil satu saja dan satunya lagi tetap di tangannya sembari mengucapkan bahwa itu saja sudah lebih dari cukup. Akhirnya dia mengalah karena aqu tetap bertahan untuk tak mengambil sisanya tapi dia membuka tasnya dan mengambil kartu namanya dan diberikan buat aqu sembari menitip pesan bahwa kalau ada sesuatu atau aqu sedang senggang diminta menghubungi dia, dan aqu terima kartu namanya. Sebelum pergi, dia menanyakan nama aqu sembari menyodorkan tangannya dan aqu jawab bahwa nama aqu Willi dan dia mengatakan bahwa namanya Ineke. Dan akhirnya ia pergi dgn boilnya dan aqu tetap berdiri melihat boilnya sampai hilang ditelan sebuah tikungan ke kanan.

Dua hari setelah kejadian itu, Ayah aqu meninggal dan aqu sibuk menyelasaikan segala urusan yg berkaitan dgn Ayah aqu mulai dari rumah sakit, rumah duka, dikremasi sampai jadinya Akte Kematian.

Setelah semuanya selesai dan aqu kembali pada kehidupanku yg cuma menghabiskan hari demi hari aqu dgn jalan-jalan dgn kawan-kawan aqu ke sana ke mari. Sampai pada suatu hari di bulan Desember 2009, aqu teringat kembali dgn perempuan yg aqu kenal di rumah sakit dan aqu cari kartu namanya dan akhirnya ketemu. Akhirnya aqu hubungi Handphone-nya meskipun di kartu nama itu ada nomor telepon rumah dan kantornya.

“Hallooo?!” terdengar jawaban seorang perempuan dari sana.
“Dgn Ineke-nya ada? ini Willi”, jawab aqu lengkap.
Sejenak terdiam dan terdengar, “Iya ini Ineke sendiri dan aqu ingat kalo kamu yg nolong aqu waktu aqu di rumah sakit itu khan?” tanyanya yg terkesan menebak.
“Iya.. ini aqu Willi yg waktu itu”, jawab aqu.
“Eee.. gimana sekarang kamu, Will?” tanyanya.
“Lagi senggang nich”, jawab aqu.
“Kayaknya untuk sekarang ini aqu nggak bisa lama-lama ditelepon.. bagaimana kalau malam ini kita ketemu, aqu mau traktir kamu makan malem, apa bisa?” sambungnya.
“Iya bisa. Aqu nggak ada acara”, jawabku singkat.
“Oke kalo gitu kita ketemu di restaurant Rasmus Romas deket Ratu Plaza aja jam 7 malam ini, Oke?
kamu tau khan?” jawabnya menjelaskan.
“Iya aqu tau, Oke dech sampe nanti”, jawabku.

Seperti janjiku dgn Ineke, aqu datang ke Restaurant Rasmus Romas dan aqu tiba 10 menit lebih awal. Dan pilih tempat duduk yg kira-kira aqu bisa lihat kalau ada orang yg datang. Tepat jam 19.00, Ineke datang, dan aqu sangat terpana dgn pakaiannya yg begitu seksi. Dia mengenakan pakaian terusan warna merah dgn strip warna biru dgn model tali yg menggantung pada lehernya sesampai tampak dgn jelas punggungnya dan berarti dia tak memakai BH dan rambutnya yg sepanjang bahu dia ikat ke atas sedang rambut depannya dibuat poni rata dgn alis matanya tapi dgn tekukan ke atas. Dadanya yg lumayan besar dan bulat seakan-akan mau keluar dari pakaian yg dia pakai. Wow, aqu begitu terpana dgn apa yg aqu lihat, tapi aqu tak terlalu terpana karena aqu harus memberitahu bahwa aqu ada.

Aqu mengangkat tangan mengisyaratkan siapa tahu dia melihat. Ternyata ada seorang waiter yg melihat dan sepertinya dia tahu bahwa aqu memanggil Ineke, dan waiter itu pun mengatakan sesuatu pada Ineke kemudian menunjuk pada arahku.

“Hi.. udah lama?” katanya membuka pembicaraan sembari duduk dan merapikan pakaian terusannya sepanjang mata kaki.
“Belum”, jawabku singkat.
“Eee.. kamu udah pesen? kalo belum, kamu mau pesen apa?” tanya dia.
“Belum, aqu belum pesen apa-apa”,jawabku sembari membuka buku menu.

Setelah kita berdua memesan makanan, dan sembari menunggu makanan kami berbincang-bincang sana-sini dan akhirnya dia menanyakan bahwa mengapa aqu ada di rumah sakit saat itu, dan aqu jelaskan dan aqu katakan pula bahwa Ayah aqu sudah meninggal dan dia tampak terkejut dan minta maaf kalau dia membuat aqu sedih.

Acara makan malam aqu bersama Ineke berlangsung lancar dan kita berdua mau pulang, dia memaksa mengantar aqu pulang karena selain hemat biaya lagipula ternyata rumah Ineke searah dgn aqu, dia tinggal di daerah Kelapa Gading dan aqu yg menyetir dgn ijin dia terlebih dahulu.

Dalem perjalanan, tanpa aqu tanya, dia mengatakan bahwa dia sudah cerai dgn suaminya sejak anaknya berusia 6 bulan dgn alasan mantan suaminya itu punya simpanan. Saat dia menceritakan itu, aqu tak tahu apa yg harus aqu lakukan karena rasanya kalau diterus-teruskan mungkin akan membuat dia sedih dgn pengalaman pahitnya, sampai pada akhirnya mengatakan bahwa sebaiknya tak perlu diteruskan karena mungkin akan membuat dia ingat dgn masa kemudiannya itu tapi dia mengatakan bahwa dia ingin aqu tahu dgn siapa yg dia kenal (maksudnya dia sendiri). Dari ceritanya  bisa aqu simpulkan bahwa dia perempuan karier yg lumayan bagus dgn kariernya.

Setelah dia selesai menceritakan semuanya, kita terdiam sejenak dan cuma tembang-tembang Ebiet G Ade yg kita dengar. Tapi dgn tiba-tiba dan membuat aqu terkejut, Ineke mendekatkan kepalanya dan menyandar diantara bahu dan ujung jok boil. Saat itu aqu tak tahu harus bagaimana, jadi aqu diam saja. Tetapi yg menambah kurang konsentrasinya aqu dgn jalan adalah, setiap aqu mengganti persneling, lengan aqu bersentuhan dgn dadanya yg lumayan besar dan ini tak mengubah cara dia duduk, dia tetap dgn posisinya. Setiap kali bersentuhan aqu minta maaf padanya dan hati serta kemaluanku tegang. Rasanya aqu teramat salah tingkah karena selain menggangu pikiran aqu, aqu pun menikmati apa yg terjadi. Sampai pada akhirnya Ineke memecahkan kesepian pada saat itu dgn mengatakan,

 “Will, kamu sudah pernah bercinta?” Wah, rasanya seperti disambar geledek dengar
pertanyaan Ineke. Setelah terdiam sebentar karena terkejut, aqu jawab pertanyaannya itu dgn jujur bahwa aqu sudah pernah bercinta dan aqu jelaskan pula bahwa itu dgn pacar aqu. Kemudian dia bilang, “Eee.. kayaknya kamu sekarang sudah terangsang ya dgn posisiku kayak gini ini?” sembari tangan kirinya dgn cepat meraba daerah kemaluan aqu. Aqu benar-benar terhenyak dgn sikap Ineke dan aqu biarkan tangan kirinya meraba-raba dgn halusnya kemaluan aqu dari celana panjang aqu karena selain inilah yg yg inginkan, aqu pun lagi-lagi dalem posisi sulit.

Aqu tak tahu berapa lama dia meraba-raba kemaluan aqu sampai pada akhirnya dia membuka reitsleting celana aqu dan makin berani sesampai sekarang dia meraba-rabanya di celana dalem aqu Sembari meraba-raba dia bilang (dgn nada nakal dan manja), “Will, punya kamu ini besar ya?! panjang lagi.. dan kayaknya udah pengen maen nich.” Tetapi aqu tak memberi jawaban karena selain aqu tak tahu harus menjawab apa, aqu merasa sedang terbang.

Dan aqu pun tak tahu pasti berapa lama dia meraba-raba kemaluan aqu dari atas celana dalem aqu. Sampai pada akhirnya dgn tiba-tiba kepalanya seperti terjatuh ke daerah kemaluan aqu dan dia menjilat-jilat celana dalem aqu dgn tangan kirinya yg tetap meraba-raba rambut kemaluan aqu yg mungkin sebagian keluar dari celana dalem. Aqu yakin bahwa celana dalem aqu sudah basah dgn air liurnya karena rasanya sudah agak lama dia jilati. Tak berapa lama setelah aqu berpikir seperti ini  dia membuka celana dalem aqu dan langsung menelan semua kemaluan aqu. Wah, rasanya benar-benar nikmat dan aqu benar-benar harus membagi dua pikiran aqu antara kenikmatan yg sedang aqu rasakan juga jalanan.

Karena aqu pun terangsang dgn kuluman Ineke, dgn berani aqu memegang dadanya dan meremas-remas kecil. Meskipun aqu tak melihat, tetapi aqu bisa membaygkan bagaimana rasanya apabila aqu menghisapnya. Wah, sulit dikatakan. Sampai pada saatnya, aqu mengatakan pada Ineke bahwa aqu rasa aqu akan klimaks, tapi buru-buru dia menghentikan kulumannya dan mengambil posisi duduk normal. Dan dia bilang bahwa dia pun sudah terangsang dan ingin berhubungan seks. Dia mengajak aqu menginap di salah satu hotel. Sebelum mengiyakan ajakan Ineke, aqu katakan bahwa aqu harus memberitahu sama orang rumah bahwa aqu tak pulang agar mereka tak perlu menunggu aqu.

Setelah semuanya sudah beres, akhirnya boil yg kita tumpangi aqu arahkan ke daerah Sunter, karena aqu tahu bahwa di situ ada hotel, meskipun aqu belum pernah menginap di situ. Akhirnya kami tiba di hotel yg aqu maksud dan aqu beserta Ineke masuk dan mengurus urusan-urusan di Front Office di hotel itu, dan setelah semua selesai dgn biaya yg ditanggung Ineke, kami pun diantar ke kamar yg sudah dipilih dgn Bellboy.

Setelah mengecek sana-sini dalem kamar, akhirnya Bellboy meminta ijin untuk keluar setelah menghidupkan TV dgn Channel MTV. Dan setelah terdengar suara pintu kamar kami ditutup oleh Bellboy, aqu dan Ineke dgn cepat saling berpelukan dan berciuman sembari berdiri karena sama-sama sudah tak bisa menahan gairah seks masing-masing.

Ineke memang kelihatan sudah terangsang berat dan pandai berciuman karena aqu bisa merasakan permainan lidahnya yg sangat Hot. Sembari bermain lidah, tangan Ineke dan tangan aqu saling meraba-raba bagian terlarang satu sama lain. Tangan kiri aqu tetap memegang bagian belakang kepala Ineke sedang tangan kanan aqu mengelus-elus bagian punggung Ineke yg terbuka dan mulus putih tanpa cacat, sesekali meraba ke bagian tekukan bawah buah dadanya. Sesekali tercium olehku aroma parfum yg dia gunakan. Sedangkan tangan kiri Ineke menelusup ke bagian belakang celana aqu sedang tangan kanannya merabanya dari depan mulai dari kemaluan aqu sampai ke daerah pusar.

Lama-kelamaan, tangan aqu membuka sebagian pakaian bagian dadanya sesampai aqu bisa memegang dgn jelas bentuk buah dadanya. Aqu rasakan bahwa besar buah dada Ineke terasa mantap dgn posisi jemari aqu seperti mau mengambil buah dadanya itu. Aqu usap, elus dan mainkan puting susunya yg terasa makin lama makin agak keras. Dgn tetap sembari berciuman, memainkan lidah dan saling menggigit bibir bawah atau atas satu sama lainnya. Sedangkan tangan Ineke sedang berusaha membuka celana aqu dgn membuka reitsleting celana dan berusaha membuka ikat pinggang aqu.

Setelah celana aqu bisa dibuka oleh Ineke, dgn sigap dia mengambil kemaluanku yg sudah tegang dari balik celana dalemku kemudian memaju-mundurkan tangannya sembari tetap menggenggam kemaluanku. Sembari meraba-raba dan tetap memainkan puting susunya, tangan aqu yg lain berusaha untuk membuka kancing yg terletak di leher belakang Ineke. Dan akhirnya aqu bisa membuka kancing itu meskipun sedikit sulit karena cuma dgn satu tangan. Begitu pakaian terusannya bisa aqu buka, dgn otomatis pakaian terusan itu turun ke lantai sesampai buah dada Ineke sekarang sudah tak tertutupi sesuatu apa pun.

Dgn turunnya pakaian terusannya ke lantai, aqu hentikan ciuman bibir dgn Ineke dan aqu langsung mencium bagian dada kiri dan kanan Ineke yg begitu ranum dan kencang seakan-akan masih dalem pertumbuhan. Dalem setiap hisapanku atau permainan lidahku pada puting susunya, Ineke mendesah kenikmatan, “Uuuh.. aaghh.. enakk..” dgn sesekali menambahkannya dgn nama aqu dan disertai denga nafas yg memburu. Sedangkan tangannya dgn bergantian tetap memegang kemaluan aqu dan mengocoknya.

Setelah aqu agak puas dgn buah dadanya, jilatan, hisapan dan kecupan kecil aqu mengarah ke bawah dan makin ke bawah dgn tetap diiringi desahan Ineke yg aqu rasa sudah terangsang karena kenikmatan. Tetapi tangan aqu tetap meraba serta mengelus-elus buah dadanya. Sampai pada akhirnya tangan Ineke melepaskan kemaluan aqu karena posisi kami yg tak memungkinkan.

Jilatan dan kecupan kecil pada bagian bawah dada Ineke makin liar dgn makin tak bisa mengontrol diri aqu sendiri dgn gairah seks yg meluap-luap dan dgn sesekali aqu membuka mata aqu dan melihat bagian badan Ineke yg putih bersih serta mulus dan lembut. Aqu pun bisa merasakan detak jantungnya yg makin kencang.

Sembari tetap menjilati dan memberi kecupan kecil, tangan aqu dua-duanya meraba-raba bagian kemaluannya yg masih tertutup oleh celana dalem yg dia gunakan. Setelah aqu meraba-raba dgn halus semua daerah kemaluannya serta bagian bokong Ineke, baru aqu ketahui bahwa dia mengenakan celana dalem dgn model tali yg mana lekukan pada daerah lubang analnya berupa tali dan melingkari pinggangnya pun berupa tali yg diikat pada bagian pinggang kiri. Dan ini menambah gairah seks aqu yg membludak.

Setelah dgn mudah bisa aqu buka celana dalemnya, jilatan juga kecupan kecil, aqu lanjutkan pada daerah kemaluannya sampai aqu bisa merasakan bahwa aqu sedang berada di beberapa centimeter di atas liang keperempuanannya. Daerah yg ditumbuhi oleh rambut-rambut yg tak terlalu lebat dan terkesan dirawat rapi. Dan aqu tetap menikmati dgn makin mendesahnya Ineke dgn apa yg aqu lakukan pada badannya.

Tangan aqu pun mulai memainkan kemaluannya yg basah, aqu meraba kemaluannya dgn jari telunjuk atau jari tengah aqu dgn sesekali aqu masukkan ke dalem kemaluan Ineke. Sedang jempol aqu, aqu naik turunkan di daerah antara kemaluannya dgn rambut kemaluannya.

Aqu makin menikmati semua ini dgn menyentuh ujung lidah aqu pada kemaluannya bagian atas.
Tercium pula bau khas dari kemaluan Ineke. “Ughhh, Will.. sayaang.. kamu pintar sekali, sayg..” rintih Ineke ketika aqu menghisap-hisap klitorisnya dan sesekali menjilatnya. “Teruuus.. terus.. sayg.. agh.. ahhhh..” rintihnya sembari memegang kepala aqu dgn kedua tangannya dan seakan-akan menekan wajah aqu ke dalem kemaluannya. Waktu itu, aqu agak sulit bernafas dgn posisi seperti ini, tetapi aqu tetap menjilati dan memainkan klitorisnya.

Agak lama aqu memainkan klitorisnya dan sesekali memasukkan satu atau dua jari aqu ke dalem kemaluan Ineke. Mulanya yg sudah basah, sekarang sampai kering dan sekarang agak lembab dgn bercampurnya air liur aqu. Mungkin karena aqu yg terlalu menikmati yg sedang aqu lakukan atau mungkin karena dia sudah terangsang, dgn tiba-tiba dari dalem kemaluan Ineke menyembur cairan hangat yg belum pernah aqu temui sebelumnya. Dgn menyemburnya cairan itu dari dalem kemaluan Ineke, makin didorongnya kepala aqu ke arah kemaluan Ineke dan kali itu aqu merasa sulit sekali bernafas tetapi kejadian itu tak berlangsung lama karena setelah itu, Ineke melepaskan kepala aqu sesampai aqu bisa bernafas kembali. Tetapi aqu tetap menjilati dan menghisapnya yg terasa agak lengket dan sedikit bau amis.

Tak berapa lama setelah cairan itu menyembur, Ineke mengangkat kepala aqu, yg maksudnya agar aqu berdiri. Aqu pun berdiri dan wajah aqu dekat dgn wajahnya. Dan Ineke menciumi bibir aqu dgn masih adanya sisa cairan yg menempel di bibir dan lidah aqu. Ganas sekali dia menciumi aqu yg diiringi dgn permainan lidah dan terengah-engah nafasnya.

Setelah puas berciuman, Ineke menghentikannya dan mengatakan, “Will, sekarang gantian.. aqu yg mau menikmati badan kamu.” Sebelum aba-aba atau jawaban dari aqu, Ineke langsung membuka kaos aqu dari bawah dan menelusupkan satu tangannya ke atas ke bagian dada aqu. Sembari mengelus-elus dada aqu, dia bilang bahwa dada aqu lapang, tak seperti suaminya yg seolah-olah mempunyai buah dada. Ineke pun mengatakan bahwa perut aqu tak gendut, seperti peminum minuman keras.

Setelah aqu membuka kaos aqu sendiri, dgn segera Ineke memulai kecupan kecil di daerah dada aqu dan sesekali menjilatinya, sedangkan tangannya menuju pada kemaluan aqu dan seperti semula, dia memaju-mundurkan kemaluan aqu. “Aaah.. aaah.. enak, Luc”, desahku kenikmatan karena selain dijilati atau dikecup, kemaluanku pun dikocok-kocok dgn pelan-pelan tetapi pasti. Seperti halnya yg aqu lakukan pada badan Ineke, Ineke pun menjilati, mengecup dan menghisap semua bagian depan badanku dan makin lama makin ke bawah sampai akhirnya pada kemaluanku.

Pada saat di kemaluanku, Ineke langsung mengulumnya seakan-akan mau menelan semua
kemaluanku yg kira-kira panjangnya 16-18 centimeter. “Aaagghh.. aah.. eeenak, Luc!” desahku agak keras tak bisa menahan rasa nikmat yg aqu rasakan begitu Ineke memainkan lidahnya di bagian lubang kemaluanku. Tak bisa aqu ungkapkan kenikmatannya dan aqu benar-benar menikmati apa yg aqu rasakan.

Lama sekali Ineke menghisap, menjilat, mengulum dan memainkan kemaluan aqu, dia pun menjilati lubang anal aqu. Sampai pada akhirnya terlintas dalem pikiran aqu untuk menyelesaikan pemanasan ini dan memulai berhubungan seks.

Seperti halnya yg Ineke lakukan pada aqu dgn mengangkat kepala aqu dari kemaluannya, begitu pula yg aqu lakukan untuk menghentikan kulumannya pada kemaluan aqu. Aqu angkat kepalanya dan aqu dekatkan wajahnya kepada aqu kemudian menciumnya dgn kecupan-kecupan sesekali menciumnya dgn sedikit memainkan lidah.

Aqu pun menuntun Ineke untuk tiduran di kasur dgn posisi telentang. Setelah aqu beri ciuman dan sedikit kecupan kecil pada bibirnya, aqu memegang kemaluan aqu dan mengarahkan pada liang senggamanya. Kedua kakinya yg telah dibuka olehnya membuat aqu lebih mudah untuk memasukkan kemaluan aqu. Sembari memasukkan kemaluan aqu, aqu lihat raut wajah Ineke. Dia tampak mengejamkan kedua matanya sembari mendesah, “Ooohh.. eeemhhh..” kemudian menahan nafas sejenak, sedangkan kedua tangannya memegang kedua bokong aqu kemudian mencekeramnya agak keras.

Sembari mengeluarmasukkan kemaluan aqu ke kemaluan Ineke, aqu menekuk kedua kakinya dgn kedua tangan aqu sesampai telapak kaki dan tulang keringnya terangkat. “Uuughh.. esshhh.. aaahh.. eenak.. sayg..” desah Ineke sembari memejamkan matanya. Aqu pun mendesah kenikmatan dgn keluar masuknya kemaluan aqu di dalem kemaluan Ineke. “Aaahh.. eeessh.. Luss.. eenak..”

Kira-kira kami melakukan posisi itu selama 5 menit, kemudian aqu angkat kedua kakinya sesampai menghimpit kepalaku dan tetap mengeluarmasukkan kemaluanku. Dan aqu tak tahu berapa lama aqu dan Ineke melakukan posisi ini sampai akhirnya Ineke menarik aqu untuk mendekatkan kepala aqu dgn kepalanya, kemudian dia mendekap punggung aqu dgn erat bahkan aqu merasa sangat keras. Dan mendesah panjang, “Eeenghhh… eeesshhh.. eeenakk..”

Kemudian Ineke menghentikan sebentar dan mengeluarkan kemaluan aqu dari kemaluannya. Ia kemudian menungging dan aqu tahu maksudnya dan tanpa disuruh olehnya, aqu mengarahkan kemaluan aqu untuk kembali menghujam kemaluan Ineke. Sembari memegang kedua belah bokongnya bagian atas, aqu tetap mengeluarmasukkan kemaluan aqu dan sesekali aqu melihat reaksi Ineke yg mengangkat sedikit kepalanya ke atas dan sesekali mengibaskan rambutnya sembari mendesah-desah kenikmatan, “Aaaghh… eeesshh.. terus sayg..”

Rasanya lama sekali melakukan hubungan seks, sampai aqu merasa sedikit kelelahan begitu juga Ineke, sampai aqu putuskan untuk mempercepat gerakanku. Makin kupercepat kemaluanku di dalem kemaluan Ineke. Dgn makin kupercepat gerakanku, makin terdengar dgn jelas suara gesekan antara kemaluan aqu dgn kemaluannya yg telah diulasi oleh cairan dari kemaluan Ineke. Aqu pun sesekali memegang buah dadanya dgn kadang meremasnya karena aqu rasa buah dadanya akan naik turun dan menggantung karena posisinya.

“Aaakhh.. enakk!” desah Ineke sedikit teriak.
“Luc.. aqu mau keluar nich.. eeesshh..” desahku pada Ineke.
“Keluarin di dalem aja, Will.. eesshh..” jawabnya sembari mendesah.

Sampai akhirnya aqu merasa bahwa aqu akan mencapai puncak, aqu agak menunduk mengikuti posisi Ineke yg menungging dan aqu pegang kedua buah dadanya sembari sedikit meremas keduanya. “Uuugghh.. aaaggh.. eeenak Luss” teriakku agak keras dgn bersamaannya air mani aqu yg keluar dan menyembur di dalem kemaluan Ineke.

Setelah aqu berdiam sejenak setelah ejakulasi, aqu keluarkan kemaluan aqu dan aqu tuntun badan Ineke untuk membalik sesampai kami bisa berpelukan. Sembari saling memeluk, Ineke mengatakan bahwa aqu hebat dan dgn ijin aqu, dia ingin menceritakan ini pada kawannya. Waktu itu, aqu katakan bahwa tak ada masalah andai dia ingin menceritakan ini pada kawannya karena (waktu itu) aqu pikir, Ineke tak akan mengenalkan kawannya itu pada aqu.

Kami pun hening sejenak sembari tetap saling berpelukan dan badan masih dalem keadaan telanjang bulat dan aqu pun masih bisa mencium bau parfum yg Ineke gunakan. Dalem keheningan itu, terdengar dgn samar-samar lagu When You Said Nothing At All yg dibawakan oleh Ronan Keating dari pesawat TV yg ada. Kami pun secara bersamaan tersentak dan ingin melihat. Kemudian kami saling meregangkan pelukan kami, dan Ineke mengambil remote Tv yg berada di atas meja dekatnya kemudian menambah volume suaranya.  Setelah itu Ineke mengajak aqu untuk berpelukan lagi, saling mendekap lagi sembari menikmati lagu Ronan Keating tersebut.

Aqu lihat jam tangan, jam menunjukan pukul 12.45 dini hari. Dan kami pun tertidur sampai kita berdua bangun bersama-sama sekitar jam 07.00 pagi, karena ada seberkas sinar matahari.

Setelah mandi, akhirnya kita sepakat untuk keluar dari hotel tersebut dan Ineke mengantarkan aqu pulang sampai di depan rumah, setelah itu dia akan kembali ke rumahnya cuma untuk mengganti pakaian dan diteruskan ke kantor.

Di dekat rumah, Ineke mengatakan bahwa dia sangat puas dan ingin mengulang kembali apa yg terjadi tadi malam dan dia mengeluarkan sejumlah uang yg aqu kira cukup banyak buat aqu. Katanya saat itu, “Will.. ini buat kamu.. siapa tau bisa bantu-bantu kamu kalau kamu pengen beli sesuatu..” tetapi belum selesai penjelasannya, aqu jawab bahwa aqu tak mau menerima uang sesen pun dari dia karena apa-apa yg aqu lakukan adalah karena atas dasar suka sama suka dan aqu pun mengatakan bahwa aqu akan merasa sangat terhina kalau dia tetap memaksa aqu untuk menerima uang itu.

Akhirnya dia mengalah dan kita terdiam sejenak dan dia mengambil handphone-nya dan mengatakan bahwa itu adalah pemberian dari dia bukan balasan atas yg aqu lakukan, dia pun menjelaskan agar dia bisa menghubungi aqu. Setelah aqu pikir-pikir sembari dia tetap berharap agar aqu menerima itu, akhirnya aqu mau juga karena aqu pikir handphone ini tak akan selamanya, aqu bisa mengembalikannya suatu saat nanti.

Setelah tiba di rumah, aqu pun memohon diri dan sempat memegang tangannya bahwa apa yg dia rasakan antara aqu dan dia, mungkin yg aqu rasakan pada saat itu.

Hari itu Ineke menelepon aqu dua kali lewat handphone-nya, yg pertama mengatakan bahwa dia sudah tiba di rumah dan yg kedua adalah dia sudah berada di kantor.

Sejak itu, Ineke tak pernah menghubungi aqu lagi. Tadinya aqu pikir bahwa dia sibuk, dan aqu pun sadar dgn posisi aqu. Sampai akhirnya aqu dihubungi seorang perempuan lewat handphone pemberian Ineke. Perempuan itu mengatakan bahwa Ineke pernah cerita semuanya tentang hubungan aqu dgn Ineke mulai dari mula sampai akhir, dan perempuan ini mengatakan bahwa dia ingin mengatakan sesuatu pada aqu dan ingin ketemu dgn aqu.

Sampai pada akhirnya aqu setuju untuk bertemu tanggal 8 Desember di suatu Mall. Dalem
pertemuan tersebut, perempuan itu yg seumur dgn Ineke yg mengaku sebagai kawannya dan mengaku bernama Julliet ini mengatakan bahwa ada pesan dari Ineke untuk mengatakan yg sebenarnya pada aqu bahwa Ineke telah bersuami dan sudah 1.5 tahun belum dikarunia anak dan dikatakan bahwa suaminyalah yg tak mampu berproduksi karena Ineke secara diam-diam sudah memeriksakan dirinya tanpa sepengatahuan suaminya, dan pesan Ineke yg terakhir adalah dia menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya untuk aqu karena Ineke tak ingin bertemu dgn aqu lagi. Julliet ini pun mengatakan bahwa ia ingin melakukan hal yg sama seperti Ineke tetapi bukan dgn tujuan untuk memiliki anak karena ia mengatakan bahwa ia dan suaminya tanpa masalah dalem memproduksi anak, yg jadi masalah adalah suaminya yg setelah selesai hubungan seks, ia sering langsung meninggalkan Julliet tidur. “Jadi, andai Ineke hamil, ada kemungkinan bahwa itu adalah benih aqu”, pikirku.