Thursday, December 22, 2016

Si Perawan Yang Malu Kucing

Pertama kali aqu pacaran yaitu pada saat semester pertama di kuliahku di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Y. Memang aqu agak telat untuk pacaran, semasa SMA dulu dimana sekolahku adalah sekolah homogen yg muridnya lelaki semua kawan-kawanku kebanyakan telah pada punya pacar sementara aqu masih betah sendirian. Bukannya aqu tak laqu atau bagaimana , tetapi memang aqu-nya yg belum mau untuk membina suatu hubungan di samping nasihat dari orangtua yg menganjurkan aqu untuk sekolah dulu sampai selesai baru pacaran. Tetapi ketika aqu masuk ke bangku perkuliahan nasihat dari orangtuaqu jadi tak mempan ketika aqu naksir seorang perempuan sekelas yg cantik, seksi, pintar dan merupakan “bunga” kampus di angkatanku, Sabrina namanya dan biasa dipanggil Sabri Dia perempuan yg mempunyai darah keturunan dari Jawa Timur – Manado – Belanda, jadi masih bau-bau indo gitu.

Langsung aqu putar otak untuk mencari cara mendekatinya, maklum baru kali itu aqu mencoba untuk melamar perempuan untuk jadi pacar.Singkat kata akhirnya aqu dapatkan Sabri menjadi pacarku. Awal-awal kita pacaran berjalan biasa-biasa saja dalam arti normal saja, seperti layaknya remaja lain yg berpacaran. Tetapi ketika suatu saat aqu ajak Sabri keluar untuk merayakan Valentines Day dia menagih janji yg aqu ucapkan saat di jalan. Memang saat itu aqu beri dia kejutan seikat mawar merah tanda cintaqu padanya, kelihatan dia surprise sekali dan bertanya “Wah, kamu ini senengnya kok bikin kejutan sih sayg. Masih ada kejutan lagi tak nanti?” Aqu jawab saja sekenaqu, “Oh, pasti ada doong..” sambil otakku berputar kerana memang aqu tak ada kejutan lagi untuknya. Ketika di mobil masih di parkiran sebuah rumah makan yg tempatnya memang agak gelap setelah kita selesai makan dan akan pulang, Sabri kembali menagih janjiku itu “Mana doong, katanya ada kejutan lagi buat aqu?” rajuknya manja. Aqu terhenyak bingung, belum sempat aqu berpikir tanpa kusadari aqu menyorongkan wajahku ke wajah cantiknya untuk mencium pipinya. Tapi ternyata perempuanku itu malah menyambutnya dgn bibir sensualnya hingga bibir kita saling beradu. Aqu sempat kaget juga, maklum baru kali itu aqu mencium bibir perempuan.

Tapi kerana ketika SMA aqu sering baca buku dewasa dan liat film BF maka aqu pun segera mencoba untuk mengimbangi perempuanku dgn memainkan bibirku di bibirnya. Tak lama kita berciuman, mungkin dia merasakan aqu yg begitu canggung dalam berciuman, alamak.. malu sekali aqu. Memang bagi Sabri, aqu ini adalah pacarnya yg ketiga setelah putus dgn pacar-pacarnya yg terdahulu jadi dia telah berpengalaman dalam urusan cium-mencium dan seks dibandingkan dgn aqu yg hanya tahu teorinya saja. Tapi inilah awal dari semua cerita indah kita saat berpacaran.

Sejak saat itu kemudian aqu jadi ketagihan untuk mencium bibir sensual wanitaku itu, bahkan malah dia yg membimbing tanganku untuk membelai-belai bagian badannya. Pada suatu ketika saat kita berciuman di suatu lembah yg sepi di pinggir sawah aqu kembali dibuat malu oleh Sabri kerana saat itu memang aqu hanya mencium bibirnya saja sedangkan tanganku anteng hanya memeluk pinggul atau punggungnya. Dibimbingnya tanganku menuju buah dadanya yg berukuran 36B itu, dan kembali aqu terhenyak kerana kekenyalan bukit indah kembar tersebut. Tanganku menelungkupi buah dada itu walau masih tertutup baju, tapi ada rasa nikmat dan senjataqu jadi tegang. Lalu aqu lepaskan ciumanku sambil menatapnya tapi tanganku masih memegangi buah dadanya “Ada apa sayg?” tanya Sabri Aqu tersipu malu, kemudian Sabri bertanya, “Mau pegang ini hh..?” sambil matanya melirik ke buah dadanya yg indah itu. “Boleh..?” tanyaqu, tanpa menjawab Sabri langsung menarik tanganku masuk ke kaos ketatnya sampai ke BH-nya dan kemudian dipelorotkan satu tali BH-nya sehingga buah dadanya menyembul keluar. Tanganku pun kembali menelungkupi buah dadanya yg montok dan kenyal itu hanya bedanya sekarang tak ada penghalang sehingga putingnya yg bulat dan keras itu terasa di telapak tanganku. Sabri mendesah dan kembali kita berciuman, senjataqu pun menjadi semakin tegang dan mengembang dalam celana jeansku.

Kerana nafsuku telah sampai ubun-ubun kugesekkan kemaluanku ke perutnya, Sabri semakin mendesah merasakan besarnya senjataqu. Semua itu kita laqukan sambil berdiri bersandar pada sebuah pohon. Kerana tempat itu agak terbuka akhirnya kita akhiri cumbuan kita kerana taqut ketahuan warga sekitar. Tetapi setelah itu aqu jadi semakin berani dan pintar dalam bercumbu, sering kita melaqukan di rumahku di saat mengerjakan tugas kampus berdua, didukung suasana rumah yg sepi kerana kedua orangtuaqu bekerja dan adikku saat itu masih sekolah hanya ada pembantu yg menyambi buka warung kelontong di garasi rumahku. Kadang juga kita bercumbu saat di bioskop, di mobil, sampai di kamar kecil kampus bahkan saat kita berdua berboncengan naik motor Sabri sering meremas-remas dan memainkan gagang kemaluanku dari belakang. Di atas sofa saat di rumahku kita bercumbu dgn hot-nya, aqu buka kaos ketat Sabri yg memakai resleting di depan sebagai kancing (sengaja aqu belikan kaos itu untuknya supaya mudah dibuka saat ingin bercumbu). Aqu buka BH-nya sehingga tampaklah buah dadanya yg menyembul indah di hadapanku. Kemudian aqu remas-remas dgn gerakan memutar dari luar menuju ke dalam.

Sementara itu aqu melumat bibir sensualnya, kemudian turun ke lehernya. Aqu jilati lehernya sampai ke telinganya, Sabri mendesah pelan pertanda dia mulai terangsang. Jilatanku turun terus sampai kemudian ke buah dadanya. Aqu jilati dan caplok buah dada itu, kusedot-sedot, lalu kujilati putingnya. Sabri meremas rambutku sambil menekan kepalaqu ke dadanya. Terus kulaqukan itu terhadap buah dada yg satu lagi. Jilatanku turun ke perut, kujilati perutnya Sabri menggelinjang kegelian. Tapi jilatanku tak bisa turun lagi kerana terhalang celana panjang katunnya. Nafsuku semakin memuncak, kemaluanku tegang sekali ingin mencari lubang kenikmatannya untuk kumasuki.

Kurebahkan dia di sofa itu kemudian kugulung ke atas sampai ke paha celana katunnya. Terlihat
betis indahnya menantang serta paha mulusnya yg putih itu seakan memanggilku untuk mengelusnya. Langsung saja kucium, jilati, dan elus mulai betis indahnya sampai ke pahanya. Memang aqu selalu tertarik dgn perempuan yg cantik seksi dan mempunyai sepasang kaki yg indah dan panjang seperti Sabri perempuanku itu. Gagang kemaluanku telah tambah tegang di dalam celana pendekku yg kukenakan dan aqu tak tahan lagi, kemudian aqu tindih badan Sabri sambil mengepaskan kemaluanku yg tegang itu di lobang kemaluannya yg masih tertutup celana katun itu. Sabri memelukku dan kemudian kugesek-gesekkan gagang kemaluanku di situ sambil tanganku tak henti mengelus betis mulus dan meremas pahanya. 

“Ssh.. ah.. ah.. ah.. ehm.. sayg, I want it real baby.. ehm.. ehmm.. ssh..” desah Sabri di kupingku. Aqu tak peduli dgn kata-katanya, gesekanku kupercepat buah dada Sabri bergerak-gerak kerana desakanku di badannya. Sabri semakin tak karuan gerakannya, sambil menggigit bibir bawahnya dia terus mendesah dan aqu semakin terangsang oleh desahannya itu. Tak lama kemudian Sabri memperketat pelukannya sambil membenamkan wajahnya ke dadaqu yg berbulu dan berteriak tertahan (taqut ketahuan pembantuku soalnya), “Aaahh.. sayaangg.. oohh.. aqu keluar baby.. eehh..hhmm..” Kuhentikan gesekanku di kemaluannya, dan Sabri melepaskan pelukannya sambil mengecup bibirku dan berkata “Kamu huebat sayg..” dgn matanya yg indah mengerjap-ngerjap seakan masih menikmati orgasmenya itu. Sekarang tinggal aqu yg belum tuntas, Sabri seakan mengerti keinginanku kemudian bangkit dan membuka celanaqu kemudian meraih gagang kemaluanku yg berdiri tegak itu, dielusnya perlahan kemudian dikocoknya lalu dikulumnya gagang kemaluanku. Geli sekali rasanya, tapi enak sekali! Lain sekali rasanya apabila aqu onani sendiri menggunakan guling yg selama ini sering aqu laqukan.

Disedot-sedot oleh mulutnya kemaluanku, tapi kemudian aqu tarik kepalanya dan kusuruh Sabri untuk tengkurap di sofa. Setelah tengkurap kupandangi bokongnya yg padat bulat itu lalu kuremas-remas. Aqu lalu mengangkanginya dan menggesekkan gagang kemaluanku mula-mula di betis indahnya lalu di paha putih mulusnya kemudian berakhir di bokong bulatnya yg masih tertutup celana katun itu. Kugesekkan, ooh.. nikmat sekali bokongnya sambil tanganku meremas-remas buah dadanya dan kuciumi pipi dan lehernya. Gesekanku di bokongnya semakin kupercepat, sampai Sabri terdorong ke depan kerana gerakanku. Akhirnya penantianku hampir sampai, “Oh.. Sabri .bokongmu enak sekali.. uuh.. aqu mau keluar sayg.. aah..” dan, “Creet.. croot.. croot..” air maniku memancar keluar di dalam celana dalamku. Aqu terkulai lemas menindih Sabri yg masih tengkurap sementara gagang kemaluanku masih di bokongnya yg bulat itu. Setelah itu kita merapikan baju dan kembali mengerjakan tugas kuliah kita. Nah, maka ketika kita dapat tugas dalam kuliah, kita senang soalnya dapat kesempatan untuk bercumbu ria, untuk memperlancar itu aqu dan Sabri selalu berdua membentuk kelompok sendiri (maklum, kita berdua memang sama-sama punya nafsu yg besar).

Tetapi itu belum seberapa, puncaknya saat mahasiswa angkatanku akan mengadakan study tour ke Jakarta, tentu saja aqu serta Sabri jadi panitia inti dan kerana aqu menjabat sebagai sekretaris Himpunan Mahasiswa Jurusan. Maka otomatis rumahku jadi base camp anak-anak panitia untuk membuat surat-surat kunjungan ke instansi-instansi di Jakarta dan perijinan serta membuat buletin study tour. Nah, sebelum teman-teman datang Sabri pagi-pagi sekali telah datang di rumahku, tak lain tujuannya untuk bercumbu mesra itu tadi. Tetapi bukan itu yg akan kuceritakan, kerana ada pengalaman lain yg tak terlupakan buatku untuk kuceritakan di sini.

Singkat cerita study tour kita berjalan sempurna, aqu dan Sabri telah punya rencana Sabri untuk memisahkan diri dari rombongan setelah kunjungan terakhir di sebuah kantor organisasi dunia di Jakarta. Kita berdua sepakat untuk tak mengikuti rombongan yg sebelum pulang ke Y akan mampir rekreasi di Dunia Fantasi, kerana nantinya ternyata kita berdua membuat dunia fantasi kita sendiri. Untuk mengelabui dosen dan teman-teman lainnya, kita pamit memisahkan diri dari rombongan dgn tujuan masing-masing. Sabri akan ke rumah kakak perempuannya di Bekasi sedangkan aqu akan ke rumah Pakde di Jakarta Selatan. Tetapi setelah aqu telepon ke Pak De ternyata beliau sekeluarga sedang ada di Puncak selama 3 hari dan di rumah hanya ada pembantu saja. Mendengar itu Sabri langsung mengajakku ke rumah kakaknya saja, aqu menurut saja kerana aqu tak begitu tahu kota Jakarta.

Setelah sampai di rumah kakak perempuannya, aqu dikenalkan dgn suaminya. Tak berapa lama aqu semakin akrab dgn keluarga muda tersebut. Mereka belum mempunyai momongan dan tinggal di perumahan dgn satu pembantu. Kerana kakak ipar Sabri adalah pekerja yg sibuk, beliau seorang manager di suatu perusahaan konstruksi alat berat, maka sampai di rumah telah capai dan langsung tertidur di kamar. Sedangkan kakak Sabri seorang ibu rumah tangga biasa. Aqu diberi kamar tidur yg terpisah dari kamar Sabri, tetapi pada suatu malam Sabri menyelinap ke kamar yg kutempati. Mula-mula kita hanya ngobrol-ngobrol saja membicarakan rencanai kepulangan kita berdua, tapi lama-kelamaan kita semakin merapat dan langsung berciuman. Memang selama study tour kita “puasa” tak bercumbu, maka kesempatan itu tak kita sia-siakan apalagi kakak Sabri dan suaminya telah tertidur di kamar atas dan pembantu telah molor sejak jam sembilan malam. “Sayg! tolong buka bajuku doong.. biar enak,” kata Sabri Lalu kita bergulingan di kasur saling menindih menuntaskan hasrat yg tertahan.

Di sela-sela bercumbu terdengar suara benda jatuh di teras depan. Aqu melepaskan ciumanku dan keluar memeriksa, ternyata hanya seekor kucing yg menyenggol pot tanaman. “Sial..!” gerutuku, “gangguin orang lagi seneng aja tuh kucing.” Tapi untungnya seisi rumah tak ada yg terbangun gara-gara kucing buluk itu. Lalu kembali aqu masuk ke kamar melanjutkan permainanku dgn Sabri Mulai kulumat bibirnya, kumainkan lidahku di mulutnya, kucium lehernya dan kujilati telinganya. “Aaah..sayg, kamu.. hh.. kangen tak sam.. sama aqu?” tanya Sabri sambil terengah-engah menahan rangsanganku. Aqu tak menjawab kerana mulutku sibuk menciumi lehernya. Tanganku melepas BH-nya, tapi Sabri merajuk dan memakai kembali BH itu. “Enngg.. sayg jangan pakai tangan doong..ngelepasnya pake mulut kamu dong yaang.. please..” edan tenan, baru kali ini Sabri minta yg aneh-aneh sama aqu. Tapi aqu turuti kemauannya. Kugigit tali BH-nya lalu kupelorotkan sampai ke lengan sementara itu untuk membuka cup BH-nya kugigit pinggirannya dan kupelorotkan ke bawah hingga hidungku menyenggol putingnya yg telah tegak mengeras itu. “Aaauuw.. geli sayg, teruss.. sayg yg satunya lagi..” pinta Sabri manja

Kembali aqu melaqukan hal yg sama terhadap buah dada yg satunya hingga menyembul, keluarlah dua bukit kembar yg montok, besar dan indah itu di depan mataqu. Dgn buas langsung kucaplok buah dada kirinya, kusedot-sedot dan kujilati putingnya sementara tangan kiriku meremas-remas buah dada kanannya. Kemudian bergantian kucaplok buah dada kanan sementara buah dada kiri kuremas-remas sambil kumainkan putingnya (kerana buah dada kiri Sabri yg paling sensitif terkena rangsangan). Buah dadanya sekarang basah oleh air liurku sehingga tampak mengkilat diterpa cahaya lampu kamar 5 Watt. Jilatanku turun ke arah perutnya, tanganku sibuk mengelus-elus betis indah dan paha putih mulus Sabri Lalu kupelorotkan celana pendek yg dikenakan Sabri sehingga sekarang dia hanya memakai celana dalam saja. Aqu turun ke bawah untuk menciumi betis Sabri lalu naik ke atas menciumi pahanya sampai ke paha bagian dalam hingga ciumanku sampai di selangkangannya tepat di lobang kemaluan dan klitorisnya yg masih tertutup celana dalam. Terlihat telah basah celana dalam Sabri saat itu. “Auuw sayg enak.. ehmm.. teeruzz sayg.. lepas aja celanaqu..ooh..” ceracau Sabri

Mendengar itu tanpa disuruh untuk yg kedua kalinya langsung kutarik celana dalam Sabri sampai lepas. Aqu tertegun melihat kemaluan Sabri yg sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu lembut itu, sumpah baru kali ini aqu melihat yg aslinya. Ternyata lebih indah daripada yg ada di gambar dewasa di internet kerana bisa langsung disentuh dan dijilati. Aqu masih terpSabri dan bingung melihatnya, lalu aqu teringat sebuah adegan di film BF yg pernah kutonton. Maka aqu pun segera meniru adegan itu, pertama-tama kusentuh bibir kemaluan Sabri, “Eeeh.. hhmm..” desah Sabri Lalu kujulurkan lidahku dan mulai menjilati bibir kemaluannya, terasa asin dan berbau khas keperempuanan Sabri tetapi semakin membuatku bernafsu. Kemudian lidahku menjilati klitorisnya yg mulai membengkak itu, “Aaauw.. sayg, kamu apain anuku?” tanya Sabri Tetapi belum sempat kujawab, Sabri berkata, “Lagii doongg..” memintaqu untuk menjilati klitorisnya lagi. “Oouw.. enak sekali.. ehmm.. aduh.. sayy.. aanngg. ehh..” ceracau Sabri sementara kujilati klitorisnya. Cairan kenikmatan semakin deras keluar dari lobang kemaluan Sabri dan tanpa ragu kujilati, terasa asin dan baunya yg khas sungguh merangsangku.

Lalu kemudian aqu bangkit dan mengangkangi badan Sabri lalu kuletakkan gagang kemaluanku di lembah antara kedua bukit kembarnya (setelah kulepas baju dan celanaqu tentunya). Kutekan dgn tangan kedua buah dadanya untuk menjepit gagang kemaluanku itu, sambil merem melek kugesekkan gagang kemaluanku sampai menyentuh dagu Sabri Kemudian aqu minta Sabri untuk mengulum gagang kemaluanku, belum sempat dia siap aqu telah menyorongkan gagang kemaluanku ke dalam mulutnya hingga masuk setengahnya. Sabri hanya diam, tapi aqu segera menarik dan menyorongkan kemaluanku bolak-balik. Mungkin kerana Sabri tak siap dia hanya pasif saja sehingga kutarik gagang kemaluanku. Setelah bosan dgn gaya itu kemudian aqu merangkak turun sambil tanganku mengelus-elus kemaluan Sabri yg semakin basah.

Kerana aqu telah tak tahan menahan nafsu untuk menyebadani Sabri apalagi melihat pandangan
Sabri yg sayu yg juga telah sama-sama nafsu, kuarahkan gagang kemaluanku yg mengacung tegak itu ke arah lobang kemaluannya. Tetapi apa yg terjadi, ketika nyaris ujung kemaluanku mengenai bibir kemaluannya, Sabri menahan perutku dgn tangannya, “Sayg kamu mau ngapain? Mau dimasukin yah.. jangan doong.. aqu kan masih perawan!” Busyet! edan tenaann, aqu seakan-akan disambar geledek mendengar pengaquan Sabri dgn setengah tak percaya. mungkin Sabri yg menjadi pembimbingku dan begitu pintar dalam hal seks yg notabene telah berpacaran sebanyak tiga kali itu masih perawan? “Please.. sayg.. tolong dong ngertiin aqu.. kita nikmatin itu nanti kalo kita telah nikah aja ya sayaangg..” lanjut Sabri Mendengar itu aqu luluh juga, kerana aqu sendiri berprinsip tak akan merusak wanita cantikku ini sebelum menikah. Tapi bagaimana dong, kemaluanku yg masih tegang itu masa cuma dianggurin saja. Lalu kubelai rambut Sabri yg masih kukangkangi itu sambil berkata, “Oke saygku, aqu tak akan maksa kamu.. tapi kita lanjutin dong acara kita. Masa telah di puncak kok tertahan, kita main seperti biasa aja, gesek-gesekan okey?” sambil kukecup kening dan bibirnya. Setelah itu tangan Sabri yg menahan perutku dilepasnya sehingga dgn cepat kuarahkan gagang kemaluanku untuk kugesekkan di bibir kemaluannya.

“Cepak.. cepok.. cepak.. cepok..” bunyi gesekan kemaluanku dgn bibir kemaluan Sabri yg telah sangat basah itu. Untungnya kasur itu hanya digelar di atas tikar di lantai sehingga tak ada bunyi derit ranjang gara-gara gerakan kita yg liar. Sabri hanya merem melek sambil sesekali mengerang nikmat menerima perlaquanku. Semakin lama kelihatan Sabri semakin menikmati permainan kita itu dgn menggoyg-goygkan pinggulnya, sehingga membuat aqu nekad mengarahkan kepala kemaluanku ke lubang kemaluannya. Kutekan sedikit sehingga agak masuk ke dalam, yah.. kira-kira hanya kepala kemaluanku saja, terasa hangat. Kutarik dan kutekan berkali-kali secara hati-hati agar tak merusak keperawanan Sabri Kuhentikan gerakanku kemudian kucium bibir Sabri Terasa kemaluanku dijepit ketat, rasanya ngilu tapi enak sekali. “Sayg, kamu masukin ya?” tanya Sabri sambil dadanya naik turun kerana napasnya tersengal-sengal menahan nafsu. “Enggak kok, cuma digesekin di luar aja,” aqu berkelit (padahal sih iya walau cuma sedikit)

Setelah itu kuganti gaya, seperti biasanya Sabri kusuruh tengkurap langsung kemaluanku kugesekkan di bokongnya yg empuk-empuk padat itu. Ehhm.. nikmat sekali rasanya. Hampir saja aqu mau keluar di bokong Sabri tapi dgn segala daya upaya kutahan. Kubalikkan badan Sabri dgn lembut kukecup bibirnya, buah dadanya, perutnya lalu kugesekkan kemaluanku di betis indah Sabri Woouuwww.. semakin tegang dan nikmaat. Apalagi aqu paling nafsu dgn betis mulus dan indah milik perempuan. Gesekanku bergantian di kedua betis indahnya, begitu juga dgn paha mulus putihnya, hingga terasa telah di ujung air maniku ingin keluar dari “tempatnya”. Kembali gagang kemaluanku kugesekkan di bibir kemaluan Sabri, belum lima kali gesekan aqu pun keluar dgn suksesnya, “Aaah.. Sabri sayg.. uuh.. aqu keluar ahh.. enaakk..”

“Croot.. creet.. craat.. criit..”
Air maniku pun muncrat di perut Sabri dan sebagian di pangkal pahanya. Sabri terperanjat kaget, lalu segera bangkit dan meraih celana dalamku yg kebetulan berserakan di dekat badannya dan segera melap kemaluannya dari air maniku. Aqu maklum melihatnya dan membantu membersihkan, lalu aqu gandeng dia ke kamar mandi untuk mencuci kemaluannya dgn sabun antiseptik supaya air maniku tak masuk ke rahimnya. Terus terang kita belum siap kalau Sabri hamil duluan. Setelah dikeringkan dgn handuk, aqu peluk badan bugil seksinya dan kukecup kening dan bibirnya sembari kubelai rambut wanginya. Dia mencubit dada berbuluku, sambil berkata, “Iiih.. kamu bandel banget siih sayg, nanti kalo aqu hamil gimana hayoo!” Mata bulat indahnya mendelik ke arahku, tetapi bukannya aqu menyesal tapi malah gemas melihat wajahnya ketika sedang marah gitu jadi tambah kelihatan cantik sekali. Alhasil aqu rengkuh badannya ke dalam pelukanku dan kemaluanku kembali tegang.

Setelah keluar dari kamar mandi kita merapikan diri dan Sabri kembali ke kamarnya lagi setelah mencium bibirku dgn lembut lalu aqu tertidur kecapaian. Hingga keesokan harinya aqu terbangun sinar matahari telah terang menembus kamar dan mataqu tertumbuk pada noda merah agak tak jelas dan masih sedikit basah di seprei kasurku. Ya ampuun, kalau benar itu noda darah berarti memang Sabri masih perawan dan aqulah yg mengambil keperawanannya walaupun aqu tak bermaksud demikian. Barulah aqu percaya memang Sabri adalah wanita baik-baik, sehingga membuatku tambah cinta. Maafkan aqu sayg, aqu telah berprasangka buruk sama kamu, ohh wanita cantikku ternyata masih ada perempuan seperti kamu yg masih menjaga kesuciannya. Tapi kejadian itu malah tak membuat kita berdua kapok, bahkan malam berikutnya kita melaqukan lagi di kamarku setelah sebelumnya Sabri bilang padaqu kalau lobang kemaluannya linu kusodok dgn gagang kemaluanku. “Tapi kamu jangan kapok lho sayaang.. nanti malam lagi yaah..” bisiknya manja saat kita jalan-jalan di Mall. Sampai kemudian kita pulang ke Y di atas kereta dgn sembunyi-sembunyi kita saling cium bibir dan remas bagian badan kita yg peka rangsangan

Nah, itulah pengalaman pribadiku yg tak bisa kulupakan sampai sekarang walaupun saat ini aqu dan Sabri telah berpisah kerana banyak halangan seperti hal yg sangat prinsip buat kita berdua yg menghadang hubungan kita. Dgn sadar dan berat hati walaupun terasa pedih dan sakit di dada, kita akhiri hubungan kita, dan telah semenjak putus dgn Sabri empat tahun lalu di akhir tahun 96, aqu belum menemukan pengganti Sabri sebagai belahan jiwaqu. Sabri, aqu selalu dan tetap mencintaimu walaupun kita tak bisa bersatu, kamu tetap ada di hatiku sebagai bagian dari memori indah hidupku selama ini. Maafkan atas semua perbuatanku kepadamu selama kita memadu kasih dan kudoakan semoga kamu bahagia bersanding dgn orang yg benar-benar bisa membimbing dan mencintaimu untuk selamanya. Aqu akan turut bahagia bila kamu juga merasakan bahagia permaisuriku. Terimakasih atas segala perhatianmu dan kasih saygmu kepadaqu yg telah kau berikan dan jangan kau lupakan aqu sayg.